Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writers and socio entrepreneur

Tingkatkan literasi untuk anak indonesia lebih cerdas karena indonesia minim literasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dialektika Politik Warkop Paimin dan Paidi Dalam Mahalnya Harga Beras

3 Maret 2024   11:32 Diperbarui: 3 Maret 2024   11:36 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koran Jawa Pos oleh Moch 

"Cerdas kamu Di!" sahut Paimin yang kini sedikit melupakan tentang harga beras yang mahal akibat candaan Paidi.

Terkadang sebuah candaan merupakan hiburan sederhana bagi diri yang terbebani akan permasalah hidup akibat perekonomian yang sulit.

Kemudian, Paidi kembali bercanda menyarankan kepada Paimin "Coba ikut demo, siapa tahu uangnya cukup membeli beras untuk beberapa hari. Kan sekarang lagi tren, orang demo dibayar seperti penonton bayaran di acara televisi" sembari tersenyum.

"Bisa saja kamu ini, Di!. Tapi menurutmu jika kamu jadi pejabat, tindakanmu apa Di?" Tanya Paimin penasaran.

"Beras naik ya sudah jadi rejekinya petani sekarang dan anggap THRnya petani menjelang hari raya idul fitri. Masak karyawan, PNS dan TNI aja yang harus dapat THR" jawab Paidi sembari tersenyum. Namun sebelum Paimin menyahutinya, Paidi kembali menjawab dengan berkata "Kalau aku, ya mungkin operasi pasar jika stok beras Bulog banyak tapi jika stok sedikit, ya ekspor saja. Sedangkan untuk jangka panjangnya, perlu hilirisasi pertanian dalam upaya peningkatan hasil panen dan swasembada pangan".

"Pinter juga kamu Di!. Ya sudah aku narik becak dulu Di" pamit Paimin dengan raut wajah berbinar penuh semangat sebab terhibur dari nasihat dan dialetika politik sederhana Paidi.

"Ok Min. Hati-hati dan semangat. Ingat jangan bingung akan permasalahan politik negeri yang berdampak pada ketidakstabilan ekonomi sebab Tuhanmu sudah mengatur rejeki untukmu" sahut Paidi sembari teriak sebab Paimin sudah duduk di jok becaknya yang terparkir sedikit jauh.

Paidi sudah pergi, mengkayuh becaknya untuk mengais sedikit rejeki dengan harapan bisa membeli beras yang sudah habis di rumah. Sedangkan Paidi masih menikmati kopi sembari menunggu panggilan rejeki yang datang kepadanya hari ini.

Konsep dialektika warkop sederhana dari dua orang kaum bawah yang tak apatis akan kondisi negeri tapi suara mereka terbendung kekuasaan absolut dalam kebijaksanaan pemerintah selaku pemegang kekuasaan untuk menjalankan roda kehidupan bernegara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tunggu ya cerita Paimin dan Paidi dalam konsep dialektika politik mengkaji sebuah berita tentang pemerintahan.

Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun