Iyan bergegas, berjalan masuk kembali ke dalam kos setelah mengantar Fida ke depan untuk pulang. Dia menemui Firu, hatinya masih emosi atas ucapan kejujuran Firu tadi, saat ada Fida.
"Maksudmu apa!?" Ucap Iyan ketika sudah berada di depan Firu yang sedang duduk menikmati segelas kopi di ruang tengah kos.
Firu diam, tersenyum penuh makna tersirat menanggapi ucapan Iyan yang datang dengan emosi hati. Dia mengerti, Iyan berkabut emosi atas teriakannya tadi hingga tak membalas emosi dengan emosi karena akan semakin membeludak.
"Cok, maksudmu apa hanya tersenyum!?".
Kembali Iyan menanyakan hal sama dengan sebuah umpatan kemarahan. Namun kali ini, Iyan sudah mendekati Firu, mencekik kerah bajunya.
Respon sikap yang tak di duga oleh Firu, ternyata Iyan sangat emosi hingga senyuman tak membuatnya tenang.
"Api jika aku balas dengan api akan tambah berkobar" sahut Firu dengan posisi baju tercekik oleh tangan kanan Iyan.
"Kenapa kamu ikut campur urusan hubunganku dengan Fida?" Tanya Iyan menanyakan alasan Firu ikut campur hubungannya dengan Fida.
Firu tetap tersenyum meski tersudut dengan cekikan di kerah bajunya oleh Iyan. Lantas, berucap "Aku peduli kepadamu".
"Peduli!?".
Pertanyaan yang keluar dari mulut Iyan dengan tetap mencekik kerah baju Firu, mempertanyakan maksud kepedulian macam apa yang justru membuat rasa sahabatnya sendiri hampir rusak.