Iyan malu, setelah mendengar teriakkan Revo yang menyadarkan dirinya dari gelapnya emosi sesaat. Begitu juga Firu, yang sadar akan kesalahannya karena telah meladeni emosi dengan emosi.
Emosi meredah, perkelahian berhasil dihentikan, meski dihati keduanya belum bisa saling memaafkan. Namun tawa keduanya beriring "he,he,he", menertawakan Revo ketika sadar dari emosinya, melihat muka cemong oli dan pakaian khas bengkel Revo.
Ternyata, Revo baru saja pulang dari bengkel. Namun saat hendak memakirkan motor, dia mendengar suara gaduh perkelahian dari ruang tengah sehingga sengaja tergesa-gesa masuk ruang tengah untuk melerainya.
"Kalian ini, aneh! habis berkelahi hebat!, terus sekarang ketawa" ucap Revo yang keheranan, tak menyadari jika dirinya yang menjadi objek tawa Iyan dan Firu.
"Lihat!, dirimu" sahut Iyan yang memegangi hidung karena masih sedikit keluar darah.
"Ini gara-gara kalian hingga aku lupa cuci muka dulu tadi".
Ucapan Revo seusai melihat dirinya yang cemong oli dengan pakaian bengkel kebesarannya. Sedangkan Firu yang diam seusai tertawa, berlalu pergi tanpa berpamitan, meninggalkan Iyan dan juga Revo yang masih berdiri.
"Firu Marah!".
Kalimat yang ada dibenak Iyan, melihat Firu yang berjalan kembali ke kamarnya tanpa berpamitan kepada Iyan dan Revo.
"Kamu juga kembali ke kamarmu, bersihkan darah di hidungmu, Yan" pinta Revo agar Iyan juga kembali ke kamarnya untuk membersihkan darah di hidungnya setelah melihat Firu berjalan pergi.
Berharap besok semuanya kembali bisa rukun sebagai sahabat yang saling mengerti, tidak dendam hanya karena emosi sesaat.