Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis and pebisnis

Saya suka menulis apapun itu. Sekarang mencoba untuk memulainya dari nol. Mohon bimbingnya para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Segitiga Cinta Iyan

1 November 2023   11:38 Diperbarui: 1 November 2023   11:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GAYUNG BERSAMBUT

"Gimana? Enak berjualan di sana?"

Suara Sony bertanya kepada Vio yang sudah duduk di kursi sebelahnya.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Dengan mulut penuh isi makanan, Vio menjawabnya "Enak, Pak!, ini tadi sudah jual dua unit".

Sementara itu, Iyan hanya diam, memalingkan wajah dengan menghisap sebatang rokok.

Kebiasaan untuk mengusir rasa grogi yang besar karena keberadaan gadis berjilbab duduk di sebelahnya.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

"Diam aja, Bos!"

Candaan Sony memanggil Iyan yang hanya duduk diam, memalingkan wajah dengan sebatang rokok yang di hisap.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Langsung saja, Iyan membalik tubuhnya ke arah depan, batuk tersedak asap rokok yang baru dia hisap.

"Maaf" ucap Iyan meminta maaf seusai batuk.

Baginya, Batuk ditempat umum menyalai tata etika saat mengobrol. Apalagi batuk tersedak asap rokok yang di hisap, tentu itu sangat tidak baik.

Mereka semua senyum kecil, begitu juga gadis berjilbab yang mempunyai rasa di hati Iyan, ketika Iyan selesai meminta maaf karena batuk tersedak asap rokok yang dihisapnya.

"Gak apa-apa, Pak. Mungkin Bapak lagi grogi"

Sahutan Vio yang merasakan gestur grogi dari tubuh Iyan. Namun dia tak tahu grogi karena apa!?.

Sony yang sedang minum, malah tersedak air teh sebab bagi Sony, sahutan Vio itu bukti yang tak kan bisa Iyan elak sehingga dia menertawainya saat minum.

"Ngeledek!"

Ucapan Iyan yang tahu jika Sony menertawai karena Vio sudah memergokinya tengah grogi.

Sony tak membalas justru kembali tertawa kecil, begitu juga Vio dan teman berjilbabnya. Akan tetapi saat usai tertawa, Sony spontan langsung berceletuk "Pak Iyan ini!, grogi karena mau kenal kalian".

Wajah Iyan memerah muda, tersenyum meringis yang menandakan sedang menahan malu akan tebukanya rahasia kejujuran rasa penasaran.

Bak gayung bersambut, celetukan Sony tadi membuat Vio yang selesai makan, mengulurkan tangan, berkenalan dengan Iyan "Vio, Pak!".

Iyan menerima tangan itu, menjabatnya dengan berucap "Iyan, tapi jangan panggil Pak, cukup Mas".

Setelah itu, Vio melepaskan jabatan tangan Iyan untuk memperkenalkan teman berjilbabnya yang duduk di sebelah Iyan "Ini adekku", sembari tangan menunjuk ke arah gadis berjilbab yang duduk di sebelah Iyan.

Reflek, Iyan cepat mengulurkan tangannya ke arahnya berkenalan "Namaku Bilqis, Mas".

Memanggil Iyan dengan sebutan "Mas" menuruti apa yang Iyan sampaikan tadi kepada Vio.

Iyan tersenyum, memandangi wajahnya sedikit lama dengan tangan yang masih bersalaman.

"Akhirnya!. Bilqis!, sebuah nama yang ku cari"

Kalimat kelegaan muncul dibenaknya saat tahu nama dari rasa itu.

"He'em".

Sony batuk, memberi isyarat jika Iyan sudah terlalu lama memegang tangan Bilqis. Sekaligus menggoda Iyan dengan ucapan "Sudah salamannya, lengket nanti itu tangan".

Segera!, secepat kilat, Iyan melepaskan tangannya dengan kelegaan hati yang luar biasa. Lantas, bertanya "Benar kalian bersaudara kandung?".

Vio dan Bilqis serempak berbarengan menjawab "Iya, Mas. Kita bersaudara kandung".

Alangkah kagetnya Iyan juga Sony, saat tahu jika mereka berdua bersaudara kandung. Kekagetannya bukan tanpa alasan, sebab secara wajah mereka berdua beda sekali.

Asik mengobrol, hingga lupa waktu!. Konsep kenyamanan yang mahal, mereka, berempat rasakan sekarang.

Waktu makan siang sudah habis, Iyan dan Sony harus segera balik ke ruangan untuk kembali menyelesaikan tugasnya yang numpuk. Sementara itu, Vio dan Bilqis juga harus kembali ke tenda promosi untuk menjual setiap unit motornya.

Namun sebelum Vio dan Bilqis pergi membayar makanan yang dimakan, di hentikan oleh Sony.

"Sudah!, biar Iyan yang membayar" ucap Sony menghentikan langkah Vio dan Bilqis yang akan membayar.

"Jangan, Mas. Biar kami bayar sendiri"

Sahutan Vio menolak tawaran Sony untuk ditraktir karena takut merepotkan.

Dengan kesigapan, penuh kepura-puraan akan keterpaksaan memunculkan image baik saat pertama kenal, Iyan berkata "Tidak ada yang direpotkan. Biar aku yang membayarnya".

Sony tersenyum puas, kali ini berhasil mengerjai Iyan habis-habisan. Sedangkan Iyan wajahnya memasam, pergi ke kedai untuk membayar semua makanan yang dipesan mereka berempat.

Saat sampai kedai, Iyan mengeluarkan dompet, bertanya "Berapa semuanya?", tangan kanan menunjuk meja tempat mereka makan.

Ibu pemilik kedai mengambil secarik kertas, membawa ke depan Iyan untuk ditunjukkan kepadanya. Lantas, beliau menjawab "Seratus ribu".

Iyan mengeluarkan uang dari dompetnya, membayar sesuai nominal yang akan dibayar.

"Astaga, isi dompetku!"

Gumaman Iyan setelah mengeluarkan uang seratus ribu untuk membayar. Ekspresi wajahnya berubah merana durja tapi tidak dengan hatinya penuh akan rasa bahagia, puas bahkan nyaman menjadi satu.

Iyan memasukkan dompet, berjalan menuju meja tempat Sony, Vio dan Bilqis berdiri menunggunya.

"Sudah, Bos" ucap Sony saat Iyan sudah berdiri, berkumpul lagi bersama mereka.

"Beres, lah" sahut Iyan dengan wajah senyum menutupi tipisnya dompet.

Vio dan Bilqis berterima kasih telah ditraktir "Makasi Mas. Sudah ditraktir". Mereka juga pamit untuk kembali ke tenda lebih dulu, mereka berjalan. Namun baru satu langkah, Iyan menghentikan dengan sisa keberaniannya "Bentar!".

Iyan menghentikan mereka berdua, bermaksud akan menanyakan harga sepeda motor yang akan dibeli untuk adiknya.

"Iya, Mas. Ada apa?"

Vio yang menoleh, bertanya alasan Iyan menghentikan langkah mereka berdua.

"Gak!, aku hanya mau tanya tentang harga sepeda motor" jawab Iyan memberitahukan alasannya menghentikan mereka.

"Ohh, ini saya kasih brosur" sahut Vio sembari menyodorkan sebuah brosur harga sepeda motor.

Iyan menerima brosur itu, membaca sekejap brosur. Lantas, bertanya "Terus kalau aku jadi beli, aku hubungi dimana?".

Pertanyaan ambigu yang Iyan tanyakan, entah sebuah kebetulan karena adiknya butuh sepeda atau hanya modus belaka agar mendapatkan nomor ponselnya.

Kecerdasan hati Iyan merangkai strategi untuk bisa tetap berkomunikasi mengenal jauh nama pembawa rasa agar tumbuh menjadi cinta.

Vio tersenyum, bukan karena sebuah kelucuan tingkah Iyan seperti tadi melainkan tanda bersyukur, motornya ada penawaran. Bahkan jika jadi akan masuk penjualannya.

"Ini aja, Mas hubungi ke nomor WhatsApp adikku Bilqis biar dia ada penjualan karena kasihan belum ada penjualan sama sekali".

Perkataan Vio itu menjadi kebetulan atau takdir sang illahi. Sebuah basa-basi maksud tujuan, terbalas terpenuhnya semua keinginan yang diharapkan Iyan.

Bahkan alam dan semesta seolah-olah meridhoi terwujudnya setiap harap yang Iyan inginkan. Terutama agar rasa ini bisa tumbuh menjadi cinta seutuhnya seperti yang Iyan dambakan selama ini.

"Berapa nomernya?" Tanya Iyan dengan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Bilqis yang dari tadi diam, kini tersenyum manis, berucap angka untuk memberikan nomer WhatsAppnya.

Selesai memberikan nomer, mereka berdua pergi meninggalkan Iyan dan Sony yang sedang berdiri.

Iyan terus menatap setiap langkah jalan Bilqis. Sedangkan Sony yang berdiri di samping Iyan, melihat ke arah Iyan.

Dia merasa amat heran atas semua ini, keheranan bercampur rasa takut. Ketakutan Sony beralasan karena ada gadis lain dihati Iyan saat ada gadis yang selama ini mengisi hatinya atau dengan kata lain Segitiga Cinta Iyan.

"Ayo, balik ruangan" ajak Sony kembali ke ruangan yang seketika itu pula menghentikan pandangan Iyan ke Bilqis.

"Ayo, Son"

Sahutan Iyan menuruti ajakan Sony.

Sepanjang jalan menuju ruangan, Iyan hanya berangan menunggu moment bisa menghubungi Bilqis melalui pesan WhatsApp.

Sementara itu, Sony hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi temannya tanpa ikut campur urusan pribadinya karena baginya privasi teman harus tetap dijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun