"Astaga, isi dompetku!"
Gumaman Iyan setelah mengeluarkan uang seratus ribu untuk membayar. Ekspresi wajahnya berubah merana durja tapi tidak dengan hatinya penuh akan rasa bahagia, puas bahkan nyaman menjadi satu.
Iyan memasukkan dompet, berjalan menuju meja tempat Sony, Vio dan Bilqis berdiri menunggunya.
"Sudah, Bos" ucap Sony saat Iyan sudah berdiri, berkumpul lagi bersama mereka.
"Beres, lah" sahut Iyan dengan wajah senyum menutupi tipisnya dompet.
Vio dan Bilqis berterima kasih telah ditraktir "Makasi Mas. Sudah ditraktir". Mereka juga pamit untuk kembali ke tenda lebih dulu, mereka berjalan. Namun baru satu langkah, Iyan menghentikan dengan sisa keberaniannya "Bentar!".
Iyan menghentikan mereka berdua, bermaksud akan menanyakan harga sepeda motor yang akan dibeli untuk adiknya.
"Iya, Mas. Ada apa?"
Vio yang menoleh, bertanya alasan Iyan menghentikan langkah mereka berdua.
"Gak!, aku hanya mau tanya tentang harga sepeda motor" jawab Iyan memberitahukan alasannya menghentikan mereka.
"Ohh, ini saya kasih brosur" sahut Vio sembari menyodorkan sebuah brosur harga sepeda motor.