Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis and pebisnis

Saya suka menulis apapun itu. Sekarang mencoba untuk memulainya dari nol. Mohon bimbingnya para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Segitiga Cinta Iyan

29 Oktober 2023   13:56 Diperbarui: 29 Oktober 2023   14:11 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DEBAR RASA PENASARAN

Iyan dan Sony sudah di kantin kantor untuk makan, mengisi perut yang dari tadi berbunyi tanda nafsu buat dipenuhi.

"Kamu mau makan apa?" Tanya Iyan akan menu makanan yang dipilih Sony.

Sony menjawabnya dengan sebuah pertanyaan candaan "Kamu mau traktir?" Sembari meringis.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Respon Iyan tak terduga, saat mendengar pertanyaan itu. Dia tersenyum, menanggapi candaan itu dengan keseriusan ucapan untuk mentraktir Sony "Oke lah, aku traktir".

"Apa!?, aku gak salah dengar nih!"


Ekspresi Sony terkejut!, tak percaya, meragukan keseriusan Iyan untuk mentraktir makan.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Sony kenal Iyan!, dua tahun dia bekerja bersama Iyan tapi selama itu pun dia tak pernah melihatnya seserius ini membalas sebuah candaan untuk mentraktir meski Iyan dikenal royal kepada teman.

"Nih anak pasti ada maunya"

Pikiran Sony akan sikap Iyan yang aneh untuk serius mentraktirnya.

Sony daritadi senyum, candaannya untuk sekedar menggoda Iyan menjadi sebuah keuntungan baginya bisa makan gratis.

Melihat itu, Iyan geram lalu mentoyor kepala Sony saat tersenyum meringis, bentuk kekesalan akibat Sony meremehkan keseriusannya mentraktir dengan tertawa. Lantas, dia berkata menyakinkan Sony akan niatnya untuk mentraktir "Serius!, aku traktir hari ini".

"Iya..iya, aku soto dan minumnya es teh" sahut Sony memuka masam, bibir cemberut karena toyoran Iyan di kepalanya.

Iyan yang dari tadi berdiri, pergi ke kedai untuk memesan makanan yang dipilihnya dan Sony. Dia berjalan santai, matanya melirik ke kanan, kiri melihat sekeliling berharap gadis berjilbab itu juga makan siang di sini. Namun sayangnya, tak dijumpai wajah indah gadis berjilbab itu.

Kecewa!?, tentu tidak, Iyan masih bisa mencari informasi gadis itu ke Sony nanti, sebab feelingnya Sony yang memegang urusan perizinan promosi perusahaan itu di sana serta tahu tentang gadis yang jadi sales sepeda motor itu.

Kekecawaannya muncul, tak kala Iyan sampai kedai, matanya melotot tajam, terdengar suara helaan nafasnya.

"Huft, ini antrian beli makan, apa antrian sembako gratis!" Gumam Iyan yang akan mengantri untuk memesan.

Ternyata kedainya ramai, banyak pegawai lain yang juga memesan, hingga membuat Iyan antri posisi paling belakang.

Satu demi satu antrian sudah berlalu pergi, Iyan yang paling belakang, bertahap maju untuk menuju giliran memesan makanan.

"Kamu makan apa, Qis?".

Terdengar suara dari belakang Iyan yang masih berdiri menunggu giliran. Dia terkejut!, suara itu keras serta tepat berada dekat di belakangnya.

Sontak, Iyan yang menghadap ke depan, membalik badan, menoleh melihat gadis jilbab tadi di tenda berserta temannya yang sedang memesan makanan di kedai yang sama dengan Iyan.

Langsung saja, Iyan kembali membalik badan, menghadap depan. Perasaannya tak karuan, bercampur aduk antara malu, bahagia, dan bingung.

Semua rasa itu membuat getar hebat, tidak hanya denyut jantung tapi tubuhnya.

"Tolong".

Kata yang terbesit dibenaknya, bukan meminta bantuan akan kesulitan tapi berharap rasa ini bisa tahu sedikit tentang pemiliknya.

Sekarang giliran Iyan untuk memesan, dia berdiri, memesan sesuai dengan pilihanya dan Sony.

Seusai memesan, Iyan berjalan kembali ke arah dimana Sony duduk untuk menunggu makanan dan minuman.

Iyan berjalan dengan mencuri pandang, melihat paras cantik wanita berjilbab sales sepeda motor yang sedang giliran memesan.

"Brakk!".

Sebuah suara tabrakan tubuh dengan meja. Benar saja, tingkahnya yang sering memandang ke arah gadis berjilbab itu, membuat Iyan berjalan tak beraturan hingga menabrak sebuah meja.

Malu wajahnya, kala suara itu membuat semua pandangan pengunjung kedai menatap dirinya sambil menahan tawa. Begitu juga Sony yang duduk menunggunya, beserta gadis berjilbab sales yang berdiri memesan makanan.

Mungkin di benak semua orang yang menatap Iyan ada kalimat "Buta kali itu orang, meja ditabrak".

Iyan tak peduli apapun atas apa yang ada dibenak orang. Baginya cukup dengan meringis, menatap kembali setiap tatapan yang memandanginya sudah menutupi rasa malunya.

Kali ini dia berjalan lebih berhati-hati ke tempat Sony, tanpa mencuri pandang dengan tetap fokus pada keadaan sekitar.

"Meja gak salah ditabrak".

Ledekan Sony yang dia ucapkan ketika Iyan sudah duduk di kursi depannya. Di susul sahutan Sony yang berkata "Pasti gara-gara gadis berjilbab sales sepeda motor itu" sambil menunjuk dua gadis berjilbab yang sedang berdiri memesan makanan.

"Bukan lah!. Namanya juga manusia, tak luput dari salah"

Sebuah pembohongan diri yang Iyan ucapan untuk mengeles dari fakta yang dilontarkan Sony dengan wajah memerah muda.

"Halah" celoteh Sony setelah mendengar ucapan Iyan.

Sony tentu tahu, itu bukan alasan yang benar dari Iyan. Namun hanya sebuah alibi menutupi sebuah kebenaran rasa di hatinya karena sikap, gestur dan wajah Iyan tak bisa berbohong.

"Sudah!, Kita makan aja dulu" ajak Iyan untuk memakan setelah pelayan kedai mengantarkan makanan ke meja mereka berdua.

Mereka makan dengan lahap, menikmati setiap rasa di lidah yang memang terasa enak. Di tambah asam perut membumbung, membuat kenikmatan rasa yang luar biasa mereka rasakan.

"Surga"

Gumaman Iyan mengibaratkan rasa kenikmatan ditengah laparnya perut seperti di surga.

Meski Dia sendiri belum pernah ke surga, hanya mendengar cerita kebenaran dari banyak orang dan kitab suci.

Saat kenikmatan rasa makanan itu memuncak, Tiba-tiba terdengar suara dibelakang Iyan "Pak Sony!", sapaan lembut seperti suara gadis sedang menyapa Sony yang duduk di depan Iyan.

"Vio!" balasan sapaan dari Sony sembari menghentikan makannya.

Sedangkan Iyan menoleh ke belakang, dilihatnya dua gadis berjilbab yang salah satunya punya rasa dihati Iyan.

Lagi, getar tubuh Iyan, rasa malu begitu memenuhi hati dan benaknya membuat sendok di tangan Iyan ikut bergetar saat akan dimasukkan ke mulut.

Sony melihatnya, dia tahu kalau Iyan malu dan grogi. Lantas, dengan sengaja mengajak "Sini Vio, makan bersama" menepuk kursi di sebelahnya.

Vio mengiyakan ajakan Sony, dia yang akan duduk di kursi meja belakang Iyan, mau duduk di kursi bersebelahan dengan Sony.

Tak lupa Vio mengajak gadis berjilbab yang menjadi rasa di hati Iyan "Ayok Qis!, duduk di meja sana" sembari menunjuk ke arah meja Iyan dan Sony.

"Namanya Qis!, Qis siapa?, apa QislQis?, seperti nama kue aja".

Pikiran Iyan bertanya kelengkapan nama gadis berjilbab yang memiliki rasa di hatinya, tak kala dia mendengar kedua kali panggilan dari gadis berjilbab itu.

Mereka berdua berjalan, duduk di meja tempat makan Iyan dan Sony. Vio duduk di kursi yang bersebelahan dengan Sony. Sedangkan gadis berjilbab itu duduk di sebelah Iyan.

Sungguh!, pertama kali debaran rasa semerbak harum Iyan rasakan hingga gelagat tubuhnya tak bisa berbohong lagi dengan menampilkan kebahagiaan bercampur malu.

Sony tersenyum, rencananya telah berhasil, sebuah rencana untuk Iyan bisa jujur atas sikapnya yang sejak daritadi pagi aneh.

Terpojok pastinya, Iyan terpojok bukan karena sebuah kesalahan yang pantas di hukum tapi kemunafikannya yang tak bisa jujur akan rasa aneh pembawa bahagia beserta keingintahuannya akan sosok pembawa rasa itu.

Rasa yang dianggap salah bagi Sony karena dia mengetahui jika rasa di hati Iyan sudah terpatri pada hubungan khusus dengan Fida.

Padahal sejatinya Iyan benar punya rasa tapi tak pernah terjawab pasti oleh Fida hingga sering kali rasa itu menyakiti hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun