Pikiran Iyan bertanya kelengkapan nama gadis berjilbab yang memiliki rasa di hatinya, tak kala dia mendengar kedua kali panggilan dari gadis berjilbab itu.
Mereka berdua berjalan, duduk di meja tempat makan Iyan dan Sony. Vio duduk di kursi yang bersebelahan dengan Sony. Sedangkan gadis berjilbab itu duduk di sebelah Iyan.
Sungguh!, pertama kali debaran rasa semerbak harum Iyan rasakan hingga gelagat tubuhnya tak bisa berbohong lagi dengan menampilkan kebahagiaan bercampur malu.
Sony tersenyum, rencananya telah berhasil, sebuah rencana untuk Iyan bisa jujur atas sikapnya yang sejak daritadi pagi aneh.
Terpojok pastinya, Iyan terpojok bukan karena sebuah kesalahan yang pantas di hukum tapi kemunafikannya yang tak bisa jujur akan rasa aneh pembawa bahagia beserta keingintahuannya akan sosok pembawa rasa itu.
Rasa yang dianggap salah bagi Sony karena dia mengetahui jika rasa di hati Iyan sudah terpatri pada hubungan khusus dengan Fida.
Padahal sejatinya Iyan benar punya rasa tapi tak pernah terjawab pasti oleh Fida hingga sering kali rasa itu menyakiti hatinya.