"Ini badan ayah sakit, dada ayah sesak dan tidak kuat buat berdiri" jawab ayahnya
"Ayah, sudah minum obat?"Â Tanya Vian sembari mencari obat yang biasa diminum ayahnya.
"Obat ayah habis sejak semalam" jawab ayahnya.
"Aku sholat subuh dulu. Habis itu aku belikan obat buat ayah" jawab Vian nampak bingung sembari melangkah keluar kamar untuk menjalankan ibadah sholat subuh.
Vian telah selesai sholat subuh, dilihatnya uang simpenan di lemari pakaian hanya tinggal seratus ribu, yang tidak cukup untuk ia membeli obat ayahnya dan makan pagi ini.
Vian kebingungan mencari kemana lagi uang tambahan untuk membeli obat yang biasanya habis seratus lima puluh ribu. Ia menghubungi teman-temannya melalui pesan singkat untuk meminjam uang namun tak satupun teman yang mau meminjamkan uangnya dengan berbagai alasan.
Wajahnya nampak bingung dan sedih karena tak ada jalan lagi gimana ia harus mencari pinjaman uang untuk membeli obat ayahnya, hanya kepasrahan melalui doa yang bisa ia lakukan sekarang ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit, Vian kembali ke kamar ayahnya untuk melihat kondisi ayahnya yang masih tidur di kamar.
"Ayah gimana keadaannya? Maaf, aku belum bisa beli obat karena uangku tidak cukup" Tanya Vian sembari memegang tangan ayahnya yang terasa panas.
"Iya, nak. Tidak apa-apa. Hari ini, kamu ada test kan?" Tanya ayahnya.
"Iya, yah. Jam delapan pagi ini" jawab Vian terlihat sedih dengan kondisi ayahnya.