Semua telah rampung dikerjakan, ia mencoba menyalakannya, motor itu pun menyala. Siap untuk dikendarai. Ia memang bisa memperbaiki motor karena ia lulusan SMK jurusan mesin.
"Makasi ya!" ucap gadis itu
"Sama-sama," sahut Vian yang terus membereskan kunci ke dalam jok sepedanya.
"Ini buat mas," ucap gadis itu memberikan uang kepada Vian.
"Senyummu sudah cukup membayarku," jawabnya menolak pemberian uang itu.
Tersenyum malu gadis itu, mendengar rayuannya, nampak jelas memerah wajah putih nan cantik itu sembari pergi meninggalkan Vian untuk kembali mengendarai sepeda motornya.
"Heiii,,,Kita memang tak kenal, tapi alam meramal, kita akan jadi satu" teriaknya kepada gadis yang baru pergi itu.
Menoleh gadis itu dengan penuh senyum, tanda tersipu malu dengar teriakkan Vian.
"Namaku Vida, mas," teriak gadis itu, mengendarai motornya pelan. Teriakkan keduanya membuat pengendara di jalan, menatap mereka keheranan.
Ia pun kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Di rumah, Vian hanya tinggal dengan ayahnya berdua karena sang ibu telah meninggal sejak ia masih duduk di bangku SMK kelas dua.
Sesampainya di depan rumah, nampak sosok pria berambut cepak, berkemeja rapi dan memakai celana kain sedang mengobrol dengan ayahnya.