Apakah benar, jurnalisme multimedia dengan segala kemajuannya meningkatkan minat pembaca berita online?
Perkembangan teknologi informasi dalam dunia media terus berjalan dan mengalami kemajuan.
Perkembangan ini juga membawa jurnalisme berkembang jauh lebih pesat, dan lahirlah praktik jurnalisme kontemporer yang disebut jurnalisme multimedia.
Jurnalisme multimedia merupakan jenis jurnalisme yang sedang banyak diterapkan oleh media-media berita online di Indonesia.
Cara penyampaian pesan melalui media tidak lagi berbentuk mono platform tetapi menjadi multiplatform yang mengintegrasikan teks tulisan, audio, video, infografis, serta media interaktif.
Apa itu Jurnalisme Multimedia?
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai fenomena tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu jurnalisme multimedia.
Pada tahun 2021 ini, dengan tipe konsumen berita yang bersifat aktif dan mampu melakukan multitasking atau mampu melakukan berbagai aktivitas penyerapan informasi secara bersamaan, maka lahirlah kebiasaan baru dalam masyarakat seperti membaca, mendengarkan, dan menonton yang dilakukan di waktu yang sama.
Jurnalisme multimedia dapat diartikan sebagai praktik jurnalisme yang mendistribusikan konten berita disertai dengan dua atau lebih jenis media.
Jurnalisme multimedia juga dapat berarti menyebarluaskan laporan artikel berita melalui berbagai platform media.
Media disini berarti foto, video atau animasi, teks, suara, maupun infografis. Media lainnya yang juga termasuk ke dalam jurnalisme multimedia adalah elemen interaktif dan hypertextual.
Uniknya, proses pembuatan berita dalam jurnalisme multimedia dapat dilakukan secara tidak berurutan atau tidak linier. Kemudian, proses penulisan dan penyuntingan juga bisa dilakukan di waktu yang sama.
Tentu saja, dengan adanya kemajuan ini jurnalis yang mempraktekkan jurnalisme multimedia dituntut untuk mampu menguasai berbagai bidang multimedia, sehingga terlahir artikel yang apik dan mampu bersaing dengan media lain.
Selain itu, jurnalis juga harus mampu mempertahankan etika jurnalismenya dalam praktek jurnalisme multimedia.
Karena seringkali, etika jurnalisme terlupakan dan tidak diperhatikan (baik berupa teks, maupun media lain yang disertakan). Kemudian, jurnalis juga harus mengetahui minat pembaca media mereka.
Dengan mengetahui minat pembaca, jurnalis dapat dengan mudah menarik perhatian masyarakat.
Karakteristik Jurnalisme Multimedia
Unlimited Space
Ruang dalam jurnalisme media bukanlah sebuah masalah. Tidak ada sekat atau pembatas dalam penyampaian informasi sehingga berita dapat disampaikan sepanjang dan selengkap mungkin.
Audience Control
Dalam jurnalisme multimedia, audience dapat dengan bebas memilih berita sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka.
Non-Linearity
Berita yang disajikan bersifat independen, sehingga audience tidak diharuskan untuk membaca berita secara berurutan untuk dapat memahami isi berita.
Storage and Retrieval
Berita yang ditulis oleh para jurnalis dalam jurnalisme multimedia bersifat 'abadi', sehingga berita dapat terus diakses oleh audience.
Immediacy
Penyampaian berita dapat dilakukan secara langsung tanpa perantara. Jadi setelah berita diunggah, audience dapat langsung mengakses.
Multimedia Capability
Dalam jurnalisme multimedia, jurnalis dapat memanfaatkan berbagai media dalam penyampaian informasi, seperti dalam bentuk teks, foto, video, infografis, dan media interaktif secara bersamaan.
Interactivity
Jurnalisme multimedia bersifat interaktif. Yang artinya audience dapat terlibat dalam diskusi mengenai berita yang disampaikan. Contohnya seperti tersedianya kolom komentar di bawah artikel.
Jurnalisme Multimedia di Indonesia
Para jurnalis dan media di Indonesia tentu saja sudah menyadari hadirnya jurnalisme multimedia.
Contohnya adalah kompas.id yang memiliki laman online yang berisi berita yang disajikan dalam bentuk infografik maupun interaktif.
Namun, dalam prosesnya penerapan jurnalisme multimedia di Indonesia mengalami beberapa masalah.
Karena jurnalisme multimedia dilakukan untuk menghasilkan berita untuk berbagai platform, mulai dari media cetak, media online, radio atau podcast, dan televisi, berita yang dimuat harus disesuaikan dengan berbagai jenis platform tersebut.
Masih banyak media-media di Indonesia yang belum mampu menjalankan konsep tersebut dengan tepat.
Hambatan lain yang dihadapi jurnalis di Indonesia dalam menerapkan jurnalisme multimedia adalah proses adaptasi.
Setelah sekian lama mempraktekkan produksi media konvensional yang berfokus ke salah satu jenis media saja, tidak mudah untuk kemudian menguasai beberapa jenis media sekaligus.
Dalam jurnalisme multimedia kita mengenal istilah 'cross ownership'. Apakah itu?
Cross ownership adalah fenomena di mana konsentrasi kepemilikan media semakin mengerucut dan membentuk beberapa kelompok media besar yang masing-masing dari mereka memiliki berbagai variasi platform media.
Mulai dari media cetak, majalah, radio, televisi, dan website. Hal ini pula yang membuka peluang bagi media massa di Indonesia untuk melakukan konvergensi.
Jurnalisme Multimedia dalam Meningkatkan Minat Membaca Berita Online
Jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, Indonesia memiliki minat baca yang relatif rendah.
Menurut survei yang dilaksanakan oleh UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Yaitu hanya 0,001%, yang artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Jurnalisme multimedia memiliki tujuan untuk menarik minat pembaca berita online.
Karena dengan dihadirkannya berbagai media seperti video, atau audio diamping teks, pembaca dapat lebih memahami dan bahkan berinteraksi dengan berita yang disajikan.
Hadirnya berbagai media juga menurunkan angka kebosanan akibat membaca berita, dan juga menghibur pembaca.
Menariknya, penggunaan media-media yang ada dalam artikel jurnalisme multimedia bertujuan untuk melengkapi berita yang sudah ditulis, bukan sebagai pengulangan informasi.
Hal ini bertujuan agar pembaca dapat menyerap lebih banyak informasi, selain dengan membaca saja.
Jadi, selain sebagai pelengkap, media-media pendamping juga dapat menjadi alternatif jenis berita yang baru.
Contohnya adalah berita tentang tindak kriminal yang dilengkapi dengan infografis timeline kejadian, atau visualisasi TKP.
Selain itu, jurnalisme multimedia juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang lebih suka atau mudah menyerap informasi dalam bentuk visual maupun audio.
Pada 2014, tercatat pembaca media daring di Indonesia berjumlah tiga (3) juta jiwa, sedangkan pembaca media cetak berjumlah sembilan koma lima (9,5) juta jiwa.
Kemudian angka pembaca berita online naik menjadi enam (6) juta jiwa pada tahun 2017 dan terus naik, sedangkan pembaca media cetak turun menjadi empat koma lima (4,5) juta jiwa.
Berdasarkan survei Nielsen yang dilaksanakan di sebelas (11) kota besar di Indonesia, jumlah pembaca berita naik sekitar 100 persen (100%) dalam satu tahun terakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap berita online terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Jika dilihat dari data diatas, memang terbukti bahwa minat baca masyarakat Indonesia terus meningkat. Tetapi hal ini belum bisa dispesifikkan sebagai dampak dari adanya jurnalisme multimedia.
Jurnalisme mutlimedia saat ini bisa dibilang lebih berfokus ke menambah pengalaman membaca berita online, membuat pengalaman membaca berita online lebih menyenangkan, serta melengkapi berita yang disajikan dalam bentuk teks sehingga masyarakat yang lebih menyukai penyajian berita dalam bentuk selain teks dan foto, dapat tetap berpartisipasi dalam aktivitas penyerapan berita secara online.
Penerapan jurnalisme multimedia di Indonesia juga semakin digencarkan pelaku-pelaku media.
Selanjutnya, diharapkan bagi media-media yang belum melakukan praktek jurnalisme multimedia untuk segera berpartisipasi karena teknologi yang diperlukan sudah tersedia. Dengan berpartisipasi juga dapat meningkatkan kualitas media tersebut.
Daftar Pustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H