Generasi Z (Gen Z), yang mencakup kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, mulai memasuki dunia kerja dan mengambil peranan penting dalam ketenagakerjaan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, diperkirakan Gen Z akan semakin mendominasi dunia kerja dan membentuk budaya baru dalam bekerja. Mereka tidak khawatir akan dibungkam dan terus mengejar impian mereka.
Namun, jumlah angkatan kerja yang meningkat dapat membuat jumlah lapangan kerja semakin menipis. Gen Z harus memiliki kemampuan yang adaptif dan inovatif agar mereka dapat bertahan hidup dalam dunia kerja yang terus mencekik. Namun, Gen Z sering kali disebut sebagai generasi yang lahir di era internet dan tumbuh bersama teknologi, mereka dikenal sebagai generasi "digital natives", menjadikan mereka lebih unggul dalam penggunaan teknologi dan kolaborasi virtual.
Gen Z dalam Dunia Kerja
Karakteristik yang membuat Gen Z unggul adalah keinginan mereka untuk terus belajar, menerima umpan balik, serta memiliki kemampuan  multitasking. Disisi lain, Gen Z memiliki kecenderungan untuk menjadikan mental health sebagai prioritas mereka. Di dunia kerja, mereka memiliki kecenderungan untuk merasa stres atau cemas. Tidak jarang, mereka merasa beban kerja yang dimiliki terlalu berat sehingga kurang toleran terhadap beban kerja.Â
Berbeda dengan Milenial cenderung kaku, Gen Z cenderung fleksibel dan kurang nyaman dengan struktur hierarkis yang cukup kaku. Pada Generasi Milenial, mereka cenderung mempertahankan nilai, kepercayaan, dan prinsip yang mereka miliki. Hal ini membuat Generasi Milenial dianggap sebagai generasi yang keras kepala. Sebaliknya, Gen Z lebih memperhatikan kepraktisan dan kemudahan, mereka cenderung terbuka terhadap perubahan baru.
Namun, pada kenyataannya, berdasarkan hasil SP2020 Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Gen Z di Indonesia mencapai angka 74,93 juta jiwa atau setara dengan 27,94% dari total populasi penduduk di Indonesia. Namun, berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2024 Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk pada kelompok Umur Muda (15-24 tahun) mencapai 17,32%. BPS juga menyebutkan bahwa Rasio TPT Umur Muda (15-24 tahun) terhadap TPT Umur Dewasa (25 tahun ke atas) sebesar 6,34. Hal ini menunjukkan, TPT kelompok Umur Muda 6 kali lipat lebih tinggi daripada TPT kelompok Umur Dewasa.
Tantangan yang Dihadapi Gen Z di Dunia Kerja
Gen Z menjadi generasi yang tumbuh di era digital yang mengalami banyak perubahan. Namun, dunia kerja saat ini belum memberikan jalan yang mulus bagi mereka. Menurut data hasil Sakernas Agustus 2023 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tantangan yang signifikan bahwa terdapat 9,9 juta anak muda Gen Z di Indonesia berusia 15-24 tahun menganggur. Lebih mengejutkannya lagi, 22,25% dari total 44,7 juta anak muda di kalangan Gen Z tercatat sebagai NEET (Not in Employment, Education, and Training).
Salah satu faktor penyebabnya adalah sifat gengsi Gen Z yang cenderung menginginkan pekerjaan bergengsi dengan status tinggi, sehingga kurang tertarik pada pekerjaan yang dianggap "biasa saja" meskipun memiliki prospek penghasilan yang baik. Sifat ini jika tidak diimbangi dengan kesadaran akan realitas dunia kerja, dapat menghambat mereka untuk mendapatkan pengalaman awal yang penting. Selain itu, banyak Gen Z kesulitan memenuhi persyaratan pekerjaan yang tinggi, seperti pengalaman kerja dan keterampilan yang relevan, terlebih jurusan kuliah mereka yang terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan minim lowongan pekerjaan. Ditambah dengan perubahan teknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan, dunia kerja semakin menuntut keterampilan baru.
Tantangan ini tidak berarti menjadi jalan buntu, Gen Z perlu beradaptasi dengan terus mengembangkan keterampilan teknis dan soft skills, serta terbuka terhadap berbagai jenis pekerjaan.Â
Strategi Gen Z dalam Menghadapi Perubahan di Dunia Kerja
Gen Z memiliki potensi besar di tengah perkembangan teknologi, namun untuk tetap relevan di pasar kerja, mereka harus fokus pada peningkatan keterampilan, pengalaman kerja, fleksibilitas, dan soft skills. Mengikuti pelatihan keterampilan terbaru seperti digital marketing, analisis data, dan kecerdasan buatan (AI) sangatlah penting, dengan bantuan platform seperti Coursera dan LinkedIn Learning untuk meningkatkan daya saing. Selain itu, pengalaman nyata melalui magang, kerja sukarela, atau proyek freelance memberikan portofolio yang kuat sekaligus meningkatkan pemahaman tentang etos kerja dan problem-solving. Di era kerja jarak jauh, kemampuan untuk bekerja mandiri dan produktif dengan alat seperti Zoom dan Trello serta manajemen waktu yang baik menjadi krusial. Keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja tim juga melengkapi keterampilan teknis untuk kesuksesan karir di dunia global.
Namun, keberhasilan Gen Z tidak hanya bergantung pada upaya individu. Dukungan dari pemerintah dan institusi pendidikan sangat penting untuk memastikan akses yang adil terhadap pelatihan dan peluang kerja. Pemerintah dapat memperluas program pelatihan berbasis teknologi, mendorong kemitraan antara sektor pendidikan dan industri, serta memberikan insentif kepada perusahaan untuk merekrut dan melatih talenta muda. Institusi pendidikan juga harus mengadopsi kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Dengan pendekatan ini, Gen Z dapat menghadapi tantangan global dengan percaya diri, memimpin inovasi, dan menjadi pendorong utama dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Peran Pemerintah dalam Mendukung Gen Z
Untuk membantu Gen Z menghadapi tantangan dunia kerja, peran pemerintah sangatlah penting. Pendidikan dan pelatihan misalnya, hal ini menjadi langkah yang dapat dilakukan. Pemerintah perlu menyediakan program yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh industri saat ini, seperti teknologi, analisis data, dan keterampilan digital sehingga Gen Z dapat lebih siap untuk berkontribusi di pasar kerja.Â
Selain itu, pemerintah perlu mendorong kebijakan untuk menurunkan tingkat pengangguran. Salah satu caranya adalah dengan memberikan insentif bagi perusahaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan memfasilitasi akses bagi Gen Z, seperti program magang dan pelatihan kerja yang dapat membuka peluang bagi mereka untuk mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang dibutuhkan.
Tak kalah penting, mendukung kewirausahaan juga merupakan langkah yang strategis. Bagi Gen Z yang tertarik untuk berwirausaha, perlu mendapatkan akses ke pelatihan, pendanaan, dan kemudahan regulasi usaha. Dengan demikian pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru yang inovatif dan kreatif.
Kesimpulan dan Harapan untuk Masa Depan
Gen Z perlu memiliki kesiapan dan keterampilan yang tepat untuk beradaptasi dan sukses di dunia kerja yang terus berubah. Keterampilan teknis seperti digital marketing, analisis data, dan kecerdasan buatan harus dikombinasikan dengan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan kerja tim. Harapan besar tertuju pada pemerintah untuk memainkan peran lebih aktif dalam mendukung pengembangan keterampilan mereka melalui program pelatihan, insentif bagi perusahaan untuk menyediakan magang, serta pengembangan kebijakan yang dapat menekan angka pengangguran di kalangan anak muda. Dengan kolaborasi yang kuat antara individu dan pemerintah, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Strategi yang tepat akan memastikan mereka mampu menghadapi tantangan global sekaligus menciptakan masa depan yang lebih inovatif dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H