Mohon tunggu...
Vinsen OSC
Vinsen OSC Mohon Tunggu... Mahasiswa - Faculty of Philosophy-UnPar CrosierXXIX2017

Fransisca Saraswati-Shania Gracia-Angelina Christy-Marsha Lenathea

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecewa

11 November 2023   19:22 Diperbarui: 11 November 2023   19:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mendapat kabar dari beberapa teman laki-laki yang mengabarkan kalau Adit diam-diam memperhatikan aku. Lebih terasa ngeri lagi ketika beberapa teman perempuan juga ditanya oleh Adit mengenai tempat tinggalku. Aku tidak pernah memberitahukan alamat tempat tinggalku, kecuali kepada beberapa teman dekatku. Waktu itu tangan-kakiku gemetaran, badanku lemas, jantung berdetak kencang, dan keringat dingin mengalir deras di wajahku. Perasaan cemas dan takut mulai menghantui pikiranku. Apalagi saat mengingat sepak terjang Adit di dunia criminal yang luar biasa melanglang buana. "Huft... Ya, Tuhan bagaimana ini?... Tolonglah aku...", aku mendesah, sebelum kemudian tanpa aba-aba balik kanan bubar jalan dan beranjak pulang ke rumah.

***

Singkat cerita, setelah dua tahun berjuang mengenal sikap dan kepribadian Adit, akhirnya ia berbalik 180 derajat di bawah pendampinganku. Tak ada yang menyangka, para guru dan para murid pun tak mengira kalau aku bisa melunakkan kerasnya sikap dan kepribadian Adit. Memang aku akui perlu kerja keras yang ekstra kuat untuk membuat Adit berpaling dari sikap buruknya.

"Saras, Ibu kagum melihat perubahan Adit belakangan ini. Kok bisa sih, Adit berubah seperti itu?", tanya Ibu Nita, Guru BK, membuka pertemuan siang itu.

"Mmm, begini Bu", aku mencoba menjawab pertanyaan Ibu Nita. "Sebenarnya Adit hanya ingin diperhatikan dan didengarkan. Adit merupakan anak yang lahir di lingkungan keluarga yang broken home. Kedua orangtuanya bercerai dan saat ini ia dibesarkan oleh ibunya. Ibunya pun sangat sibuk sehingga Adit juga kurang mendapat perhatian. Tak jarang Adit sering berkonflik dengan ibunya, bahkan sampai berhari-hari. Karena itulah, Adit mencari perhatian di luar dengan bertindak criminal dan menjadi anggota geng motor", ujarku menjelaskan berdasarkan cerita dari Adit tanpa mengarang-ngarang.

"Begitu rupanya latar belakang Adit. Mmhm... Ibu baru tahu lho, Saras" sahut Ibu Nita menanggapi jawabanku seakan tak percaya dengan yang ia dengar.

"Bu Nita," aku melanjutkan cerita. "Saya menjadi sahabat untuk Adit bukan karena saya suka dengan karakternya yang berandal dan brutal. Namun, karena saya ingin Adit berubah. Saat Adit pertama kali masuk sekolah, saya merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Memang, awalnya Aditlah yang memperhatikan dan mendekati saya. Awalnya, juga saya mencoba untuk cuek. Ternyata, semakin saya menjauh, semakin ia mencoba mendekati saya terus. Moment ini saya manfaatkan untuk mengenal Adit lebih dalam lagi. Setelah saya mengetahui latar belakang Adit, saya mencoba mengajarkan Adit tentang berbagai hal yang baik yang dilakukan oleh orang lain. Awalnya tidak mudah. Lama-lama Adit terbiasa dan perlahan-lahan mulai membuka diri dan berubah", tuturku kepada Ibu Nita. Di ruangan itu aku banyak bercerita mengenai proses perubahan Adit kepada Ibu Nita. Bisa dikatakan aku pun membantu Bu Nita untuk bertanggungjawab sebagai guru BK dalam mendampingi para murid yang bersalah semacam Adit.

***

Malam itu di langit Kota Bandung, bulan terlihat bersinar dan angin terasa sepoi-sepoi menyentuh kulit. Kumasukkan tanganku ke dalam saku jaket mencoba menahan dinginnya. Adit, yang berada di sampingku tampak menggosok-gosokkan tangannya, lalu meniupnya, kemudian memasukkannya ke dalam saku jaket.

"Kamu kedinginan, Saras?", tanya Adit membuka percakapan.

"Iya nih. Padahal aku sudah pakai jaket tebal biar hangat.  Tapi, tetap saja dingin. Brrr...", jawabku diiringi gertakan gigi tanda menggigil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun