Sifatnya lebih ekstrovert, dan memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal, diterima saja sebagai jalan hidup sebagaimana adanya manusia itu.
Boleh jadi dengan tidak hadir dalam suatu hajatan massal menjadi peluangmu untuk tidak terlibat dalam pertikaian. Sangat boleh jadi dengan lebih awal menyudahi kesenangan adalah keselamatan bagimu.
Boleh jadi keterlambatan yang membuatmu miss transportation, menjadi kehidupanmu atau keselamatanmu. Boleh jadi juga karena tidak hadir secara fisik di TKP adalah kemujuran, dan boleh jadi jika sedikit lebih setia menanti atau lebih bersabar adalah rezekimu.
Masih ada banyak lagi fakta, misalkan, boleh jadi kepergianmu lebih cepat dari suatu tempat adalah suatu keberkahan. Boleh jadi juga dipecatnya engkau dari  pekerjaan dengan alasan tidak jelas adalah suatu kebaikan. Boleh jadi ketika anda membatalkan tiketmu untuk menonton adalah kemujuranmu, dan sangat boleh jadi jika menahan diri untuk sesuatu hal, ternyata itu baik bagimu.
Lalu apakah kita mesti gundah dan menyesali atas segala yang telah terjadi? Pembelajaran untuk kehidupan mesti kita ambil. Sembari pesan bijak berikut perlu diresapkan untuk pencerahan budi: "yang manis janganlah cepat ditelan dan pahit janganlah bergegas memuntahkan." Yakinkan diri bahwa setiap kejadian ada makna atau pembelajarannya.
Berkaitan dengan "syukur, bersyukur."
Bersyukur atas realita yang (sudah) terjadi adalah suatu keharusan, serupa syukur selamat atau untung masih hidup. Syukur juga karena telah melakukan yang terbaik dari yang baik. Ini intensi mulia, yang mengandung nilai menolak melakukan yang bersifat atau berbau negatif. "Mampukah," ini pertanyaanya.
Si bijak menganjurkan agar jalan keluar yang ditempuh untuk sampai pada tahap positif adalah perbanyaklah bersyukur, bahkan teruslah bersyukur atas apa yang terjadi pada dirimu sampai tidak mampu lagi mengucapkan syukur. Mengapa ? Karena ketika terus mengeluh, akan menambah kegelisahan.
"Bersyukurlah !" Ini kata kunci. Atau dalam bahasa lain disebut "Being grateful atau full with gratitude". Pertanyaanya: "bersyukur atas apa?" Jawabannya: "atas semua kejadian hidup." Â Karena setiap kejadian bagi segala yang bernafas adalah "pujian bagi Allah."
Bersyukur adalah bukti rasa hormat yang tinggi kepada Penyelenggara Kehidupan, dan jika sesorang untung selamat atau syukur masih hidup, hal itu hanya karena intervensi dari Penyelenggara Kehidupan. IA mengizinkan anda untuk hidup, dan itu baik adanya.