Mohon tunggu...
Vinka Kristy Andriani
Vinka Kristy Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik'18

menulis adalah hobiku.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ave Maryam, Pergulatan Batin antara Tuhan dan Cinta

19 Oktober 2020   13:03 Diperbarui: 19 Oktober 2020   21:20 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika saya sedang berdisuksi dengan teman saya mengenai film, teman saya merekomendasikan saya untuk menonton film Ave Maryam yang sudah tayang pada tahun 2018. Tanpa berpikir panjang, saya langsung menonton film tersebut.

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Film Ave Maryam pertama kali dirilis pada tahun 2018 dan sudah dapat disaksikan di Netflix pada tanggal 3 September 2020. Film yang mengambil latar belakang di kota Semarang pada tahun 1998, mengajak kita untuk melihat-lihat kembali tempat-tempat yang sangat indah pada masanya. 

Selain itu, penonton yang telah menonton film tersebut merasakan antusias namun ada sedikit kekecewaan ketika ada beberapa adegan yang harus disensor. 

Meskipun demikian, terdapat pula komentar penonton yang saya temukan di twitter, seperti "I was grateful though a bit depressed having watched #AveMaryam. Yet, I gave it 9/10. It's simple, honest, and genuine. The dialogue was really essential where solely words that mattered said. Hence, I do always admire #ChiccoJerikho. He could play his role well as Father Joseph.", kata akun @buldingp*****.

Akun tersebut memberikan rating dengan nilai 9 dari 10 poin. Menurut akun tersebut, dialog yang ada dalam film sangatlah essentials yang mana hanya kata-kata penting yang diucapkan.

Selain itu, ada pula yang mengkritik film tersebut, yaitu “Film #AveMaryam background masalahnya menarik, cuma premis tindakan Romo Yosef dan Suster Maryam harusnya bisa dijelaskan lagi untuk mengaduk emosi, tapi ngga dilakuin. Jadi, agak bingung sama gap informasinya.”, kata akun @intertw*****ide.

instagram.com/chicco.jerikho
instagram.com/chicco.jerikho

Sebelumnya, Ave Maryam telah ditayangkan di berbagai festival film internasional, seperti Cape Town Film Festival 2018, Hong Kong Asian Film Festival 2018, dan Jogja-NETPAC 2018. 

Film tersebut memiliki alur cerita yang menarik dan sangat relateable dengan kehidupan masyarakat di Indonesia. Namun, kita membutuhkan pemikiran yang mendalam untuk memahami setiap makna yang diungkapkan pada film tersebut.

Pada buku Film Studies for Dummies yang ditulis oleh Cateridge (2015), genre yang berasal dari bahasa prancis mengartikannya sebagai "tipe" atau dapat dikatakan bahwa genre merupakan suatu bagian-bagian kategori yang ada pada suatu film. Ave Maryam termasuk kedalam genre drama.

Paradigma Fungsionalisme pada Ave Maryam (2018)

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Menurut Devi (2018), paradigma fungsionalisme merupakan suatu asumsi yang mana suatu sistem budaya memiliki syarat-syarat fungsional tertentu atau dapat dikatakan bahwa sistem budaya memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar sistem tersebut dapat bertahan. Selain itu, adanya konflik yang terjadi dalam suatu masyarakat dapat dilihat sebagai tidak berfungsinya suatu integrasi sosial dan keseimbangan.

Pada film Ave Maryam, terdapat suatu konflik yang membuat kelompok tersebut menjadi tidak berfungsi. Konflik tersebut bermula ketika suster Maryam mulai menyukai Romo Yosef. 

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa cinta antara suster dan pastor (romo) adalah hal yang dilarang. Di agama katolik, suster dan pastor merupakan sosok pengucap kaul kekal dan berjanji untuk hidup selibat (tidak menikah) di hadapan Tuhan Yesus. Oleh karena itu, konflik tersebut membuat adanya tidak keseimbangan pada kelompok tersebut.

Sehingga, Maryam dan Romo Yosef dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu tetap setia pada tugas pengabdiannya atau memilih cinta. Namun, Maryam maupun Romo Yosef akhirnya memilih untuk tetap setia pada tugas pengabdiannya kepada Tuhan.

Ave Maryam: Produksi yang Dilakukan Secara Sukarela

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Pada produksi film, Robby Ertanto Soediskam yang menjadi produser, sekaligus sutradara, dan penulis naskah mengatakan bahwa para tim produksi bekerja dengan sukarela. 

Jika dilihat banyak pemain film yang sudah professional ikut bergabung dalam pembuatan film tersebut, seperti Maudy Koesnaedi dan Chicco Jerikho. Selain itu, tim kru bagian sinematografer mengajak Ical Tanjung untuk terlibat dalam pembuatan film ini. 

Menurut Robby, alasan dari produksi yang dilakukan secara sukarela ini dikarenakan memiliki visi dan misi yang sama. Selain itu juga, mereka ingin memberikan warna baru pada dunia perfilman di Indonesia.

Proses produksi ini juga melalui berbagai proses, seperti meminta perizinan kepada pihak kesusteran di Semarang, keuskupan, dan mengajak para pemain untuk terlibat dalam pembuatan film ini.

Syuting Ave Maryam dilakukan di dua tempat, yaitu Semarang dan Yogyakarta. Mereka melakukan syuting selama sembilan hari yang dilakukan pada November 2016.

Faktor Budaya dalam Film Ave Maryam

Menurut Hofstede (dalam Armia:2002), budaya merupakan suatu program mental yang secara kolektif mempengaruhi cara berpikir dan juga perilaku manusia. Kita dapat melihat berbagai dimensi budaya yang ada pada film Ave Maryam ini.

Salah satunya ialah dimensi budaya individualism. Dimensi ini memiliki hubungan antara individu dan kelompok yang mana kelompok individu tersebut menjadi anggotanya. Masyarakat yang memiliki tingkat individualism yang tinggi akan membebaskan setiap individu untuk menentukan pilihannya demi kepentingan individu. 

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Pada film tersebut, dapat terlihat bahwa Suster Maryam akhirnya memutuskan untuk keluar dari tempat ia bertugas. Hal tersebut dilakukan Maryam untuk menghindari hubungan terlarang dengan Romo Yosef.

Tugas menang atas hubungan

Kutipan diatas merupakan ungkapan yang pas untuk menggambarkan situasi Maryam. Terdapat scene dimana Maryam mulai mengepakkan barang-barangnya dan mulai berpamitan dengan para biarawati lainnya.

Selain dimensi indivualism, terdapat dimensi budaya lainnya yaitu dimensi orientasi jangka pendek (short-term orientation). Masyarakat yang memiliki dimensi jangka pendek atau short-term orientation lebih mementingkan nilai yang terkait dengan masa lalu dan sekarang. Hal tersebut termasuk untuk menghormati tradisi yang sudah ada dari masa lalu.

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Pada film tersebut, Maryam dan Romo Yosef mulai memiliki perasaan satu dengan lainnya. Semenjak Maryam menjalin hubungan dengan Romo Yosef, Maryam sedikit demi sedikit mulai kesulitan dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari. Ia mulai sering pulang terlambat dan juga melewatkan tugas-tugasnya yang lain.

tangkapan layar pribadi
tangkapan layar pribadi

Hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran atau tradisi budaya yang mana seorang suster maupun romo tidak boleh memiliki hubungan. Dapat terlihat dari scene dimana Maryam mengakui kesalahannya dihadapan Tuhan. Maryam merasa bersalah atas perbuatannya yang menyimpang tersebut.

Jika hidup kita dikendalikan oleh nafsu, maka itu akan menjadi dusta terbesar. Jangan kau pernah menjanjikan sesuatu yang belum pernah kau pikirkan.

Ave Maryam mengajarkan kita banyak hal mengenai kehidupan ini. Salah satunya ialah bagaimana kita sebagai umat manusia dapat menahan hawa nafsu duniawi dan mulai berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jika surga belum pasti untuk saya, buat apa saya mengurusi nerakamu?

Salah satu kutipan diatas merupakan kutipan yang paling menohok dalam film tersebut. Kita sebagai manusia dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada, sehingga kita diminta untuk mengurusi masalah diri sendiri dibandingkan permasalahan orang lain.

Daftar Pustaka:

Armia, Chairuman. (2002). Pengaruh Budaya Terhadap Efektivitas Organisasi: Dimensi Budaya Hofstede. Vol. 6, No. 1. JAAI, pg. 103-117

Cataridge, James. (2015). Film Studies For Dummies. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd.

Devi, Intan S. (2018). Studi Perbandingan Paradigma Fungsionalisme Struktural VS Strukturalisme Levi-Strauss. Vol. 2, No. 1. Asketik, pg. 89-101

Indonesia, CNN. (2020). Sinopsis Ave Maryam, Dilema Cinta Terlarang Seorang Biarawati. CNN Indonesia diakses pada: 19 Oktober 2020

Indonesia, CNN. (2019). Ulasan Film: ‘Ave Maryam’. CNN Indonesia, diakses pada: 19 Oktober 2020

Khafid, Sirojul. (2020). Cara Nonton Film Ave Maryam: Kisah Nyata Cinta Romo dan Suster. Tirto.id, diakses pada: 19 Oktober 2020

Rura, Cecylia. (2019). Produksi Film Ave Maryam Dilakukan secara Sukarela. Medcom.id, diakses pada: 19 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun