kepentingan, hasrat, dan emosi. Menurutnya akal sehat itu hanya lapisan yang membatasi hakikatÂ
manusia. Kehendak itu mengartikan keinginan, keinginan itu selalu lebih besar dan lebih banyakÂ
daripada apa yang didapat. Akibatnya pemenuhan keinginan tidak pernah mencapai kepuasan dan berujung pada ketidak kebahagiaan. Jadi Schopenhauer berpendapat, bahwa hidup menuruti
kehendak (keinginan) adalah penderitaan karena ketika manusia memenuhi kehendaknya,
kehendak tersebut selalu menuntut lebih, maka ujungnya hidup manusia tidak akan merasakan
kepuasan dan akhirnya menderita.
Kehendak buta itu memiliki banyak bentuknya sendiri, manusia memiliki kehendak untuk
reproduksi, kehendak untuk bertahan hidup, kehendak berdasarkan emosi, dan banyak lagi
lainnya Seperti yang dikatakan Schopenhauer akal sehat itu hanya sebuuah lapisan yang
membatasi hakikat manusia (kehendak). Jadi tak jarang manusia akan bertindak mengikuti
insting atau kehendak yang dia miliki.Â
Sudah banyak contoh seperti banyak manusia yang sudah
mengetahui bahwa mencuri itu tindakan jahat namun mereka masih tetap melakukan itu karena
mereka memiliki keinginan untuk hidup. Tindakan tersebut membuktikan bahwa akal sehat itu
dapat dengan mudah dikalahkan oleh kehendak.
Pusat pembahasan kita kali ini berpusat pada kehendak berdasarkan emosi, dimana kehendak
tersebut dihasilkan oleh emosi yang kita rasakan pada saat itu. Kehendak ini membuat kita
melakukan banyak hal hanya karena emosi atau perasaan yang kita rasakan.Â
Misalnya ketika kita
sedang marah, secara tidak sadar kita mungkin akan berteriak, membanting barang, atau bahkan
melakukan kekerasan fisik. Semua tindakan itu disebabkan oleh kehendak kita, yang dimana
ketika kita emosi, emosi tersebut akan masuk kedalam alam bawah sadar kita dan akan muncul
keinginan atau kehendak untuk melepaskan emosi tersebut.
Sudah banyak peristiwa atau kejadian disekitar kita yang membuktikannya. Seperti contoh ketika
seseorang bertengkar, lalu melakukan kekerasan, berkata kasar dan lain lainnya. Ketika hal
tersebut terjadi, kehendak berdasarkan emosi lah yang telah mengendalikan orang tersebut.
Karena jikalau orang tersebut melakukan tindakan berdasarkan akal sehatnya maka tidak akan
terjadi hal hal seperti itu.Â
Tindakan yang mengikuti kehendak emosi tersebut tidak didasari oleh
akal sehat. Bahkan banyak yang mengatakan kalau sudah emosi manusia itu sulit untuk bepikir
jernih, dan itu benar adanya karena akal sehat manusia untuk berpikir jernih akan kalah dengan
kehendak bawah sadarnya tersebut.
Pandangan Teori Schopenhauer tentang Kehendak Buta terhadap kasus BTR Meyden,
Deddy Cobuzer, dan Agung Karmalogy
Dikatakan dalam artikel tersebut bahwa Deddy Cobuzer dan Agung Karmalogy membuat
podcast lagi usai podcast pertamanya yang bersama BTR Meyden dibatalkan secara sepihak.
Podcast tersebut berisi banyak singgungan atau sindiran terhadap BTR Meyden, karena ketidak
jelasan alasan pembatalan tanyang. Tindakan Deddy Cobuzer dan Agung Karmalogy ini didasari
oleh kehendak emosi mereka. Mereka melakukan hal tersebut karena mereka merasa kesal
terhadap BTR Meyden yang dinilai Playing Victim.Â
Banyak sindiran yang dapat dibilang tidak
sesuai dengan karakter Deddy Cobuzer yang terkenal mengedukasi melalui video Podcast
miliknya. Kasus ini sangat sesuai dengan apa yang dikatakan dalam teori kehendak buta.
Sepintar-pintarnya manusia, sehebat-hebatnya manusia, tetap saja manusia itu didasari oleh yang
namanya kehendak. Akal sehat yang mereka miliki hanya menjadi lapisan.Â