Mohon tunggu...
Vincentius N
Vincentius N Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Anyeong

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beberapa Negara Mengalami Kerugian karena Teknologi Ini, Benarkah?

25 Agustus 2019   06:52 Diperbarui: 25 Agustus 2019   06:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

2. Teori totipotensi sel (total genetic potensial) artinya, setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot, yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman baru.

3. Pada tumbuhan, masih terdapat sel atau jaringan yang belum berdiferensiasi, yaitu jaringan meristem dan jaringan dasar (parenkim) yang masih aktif membelah.

TEORI TOTIPOTENSI

Pada dasar teori diatas, ada sebuah teori yang tertulis yaitu teori totipotensi, teori ini mungkin terdengar asing bagi para readers. Berikut adalah penjelasan lebih lanjutnya. Teori totipotensi merupakan potensi genetik yang dimiliki oleh setiap sel tumbuhan seperti zigot untuk membentuk suatu individu baru yang sempurna. 

Pada tumbuhan, sifat totipotensi ini dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan yang seragam/sama dalam waktu yang singkat/cepat. Dikarenakan sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi, yakni memiliki potensi, maka hal itu dapat mempertahankan zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.

SEJARAH KULTUR JARINGAN

Kultur jaringan pun juga punya sejarah lho para readers. Langsung saja simak pembahasannya. Teknik kultur jaringan ini juga seringkali disebut sebagai teknik kultur in vitro. Wahh, apalagi ini? kok namanya aneh? 

Jadi, kultur in vitro adalah metode penanaman bagian tanaman seperti protoplas, sel, jaringan, organ secara aseptis dan ditumbuhakn dalam botol sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Pembahasan ini diawali dengan munculnya teori-teori dalam sejarah kultur jaringan.

Pada tahun 1838, Schleiden dan Schwan menjadi orang pertama yang menyatakan kultur jaringan berdasarkan teori totipotensi. Pada tahun 1902, Haberlandt mencoba membuktikan teori totipotensi tersebut, namun sayang percobaannya gagal karena belum ditemukannya zat pengatur tumbuh atau biasa disebut dengan ZPT pada masa itu. 

Kegagalan percobaan Haberlandt ini mimicu ilmuwan lain untuk mencari dan melakukan penelitian yang berkaitan dengan ZPT. Ditemukanlah ZPT yang pertama pada 1926 yang terdapat pada benih padi yang terserang Giberella fujikuroi, dan ZPT pertama ini diberi nama giberelic acid (GA3).

Selanjutnya pada tahun 1936, Went dan Thiman menemukan auksin, disusul oleh ditemukannya sitokinin yang berasal dari sperma ikan hering pada 1950. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun