Motif paisley (Persia: boteh) adalah salah satu ragam hias populer yang berasal dari Persia. Kata Persia untuk motif kain paisley adalah boteh. Secara tradisional, boteh-jegheh (pola paisley) ditenun menjadi kain sutra atau wol yang disebut Termeh.Â
Marco Polo, pada 1272, melewati beberapa kota di mana kain Termeh ditenun dan membuat tulisan mengenai kain tersebut yang membuat motif paisley semakin dikenal.Â
Secara umum, ragam hias ini sering kali dianggap berbentuk seperti tetesan air. Meskipun demikian, ragam hias ini ditafsirkan berbeda-beda di berbagai negara. Di kalangan pembuat selimut (quilt) di Amerika, ragam hias ini disebut ‘asinan Persia’, sedangkan di kalangan industri tekstil di Wales, ragam hias ini disebut ‘buah pir’.Â
Di Indonesia sendiri, ragam hias ini sering disebut keong atau keongan karena bentuknya yang menyerupai hewan keong, khususnya oleh kalangan pembatik. Dalam tradisi Hindu, motif ini dianggap berbentuk mangga dan bermakna kesuburan. Â
Pada pertengahan abad ke-15 sampai abad 17, motif paisley hanya digunakan oleh kalangan bangsawan Persia. Kain syal pashmina dengan motif paisley ditenun secara tradisional dan khusus dari bulu kambing gunung. Kambing gunung di kawasan Asia Tengah ini setelah musim dingin akan merontokkan bulu-bulu mereka di semak-semak.Â
Para penenun akan menjelajahi lereng-lereng gunung untuk mengambil bulu-bulu kambing tersebut. Setelah itu para penenun masih harus mewarnai dan menenun syal pashmina tersebut secara tradisional dengan tangan, kira-kira dibutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan satu syal pashmina. Hal inilah yang membuat syal pashmina menjadi sangat mahal harganya.Â
Ketertarikan bangsa Eropa terhadap motif Paisley