Perusahaan Hindia Timur Britania (East India Company) yang didirikan pada abad ke-17 mulai melakukan kegiatan impor dari Timur ke Barat melalui jalur sutra (silk road). Sejak saat itu banyak barang-barang eksotis tiba di Eropa, salah satunya kain selendang dengan motif paisley. Hal ini merupakan awal perkembangan pola paisley di Barat.
Seorang pelukis berkebangsaan Inggris bernama William Holman Hunt pada akhir abad ke-19 merupakan salah satu pengagum pola paisley. Hal ini, menginsipirasi William untuk membuat lukisan yang berjudul Portrait of Fanny Holman Hunt yang merupakan lukisan portrait istrinya yang mengenakan selendang dengan motif paisley.Â
Napoleon juga menghadiahkan selendang paisley kepada istrinya Josephine, yang dikabarkan telah mengumpulkan 60–150 selendang paisley pada saat itu. Ini adalah angka yang mengejutkan mengingat syal paisley membutuhkan waktu lama untuk membuatnya dan berlayar jauh dari India, masing-masing harga syal tersebut bisa menghabiskan harga sebuah rumah sederhana di Inggris pada saat itu.Â
Industrialisasi mengubah motif Paisley menjadi tidak eksklusif lagi
Karena kain-kain paisley hanya tersedia bagi para orang kaya atau elit Eropa pada saat itu, ketertarikan untuk menggunakan motif tersebut juga mulai tumbuh di antara warga yang kurang mampu. Hal ini membuat para pemilik pabrik tekstil mencari cara untuk menenun paisley secara lokal dengan alat tenun mekanis. Pada tahun 1790, pabrik paisley dibuka di sejumlah kota di Eropa seperti di Lyons, Norwich, dan Wina. Â
Pabrik paling terkenal dibuka pada tahun 1808, di Kota Paisley, Skotlandia. Disinilah nama motif paisley berasal. Pabrik di Skotlandia menjadi produsen utama kain paisley, pada puncaknya lebih dari lima puluh produsen selendang paisley berbasis di sana.Â
Menenun syal paisley dengan alat tenun mesin harganya lebih murah daripada syal tenunan tangan tradisional yang berasal dari India, sehingga harga kain tersebut di Eropa turun drastis karena kain paisley hasil pabrik lokal membanjiri pasar dengan harga yang terjangkau. Pada akhir 1800-an, bahkan seorang pelayan mampu membeli selendang paisley.Â
Hal ini sangat merusak bagi banyak desa di daerah timur, yang ekonominya telah terikat dengan kegiatan menenun kain paisley tradisional selama dua ratus tahun. Teknologi benar-benar melampaui alat tenun buatan tangan mereka dan hal ini membuat mata pencaharian para penenun tradisional lenyap.
Segera setelah itu, Eropa memperlambat produksi kain paisley. Begitu semua orang mampu membeli selendang paisley, paisley kehilangan daya tariknya. Harga selendang paisley pun turun drastis.Â
Kebangkitan kembali motif Paisley Â