Bicara mengenai 'selingkuh', pasti banyak orang yang tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh. Termasuk saya salah satunya. Kenapa? Karena rasa penasaran yang timbul... Kog bisa ya orang-orang mau berselingkuh, dan faktor apa yang mendorong mereka berbuat demikian? Padahal kita semua yakin, bahkan sangat yakin, di saat mulai hidup bersama setelah mengucapkan janji setia, mana ada sih yang punya pikiran bahwa saya menikah untuk selingkuh. Betul 'kan?
Namun seiring berjalannya waktu, banyak suami yang mulai berpaling dari pasangannya. Sikap terhadap istri pun menjadi dingin dan hati pun telah menjauh. Diantara mereka - walaupun ada yang sama sekali tidak mau atau tidak berniat untuk berselingkuh - akhirnya merasakan bahwa hidup bersama sebagai suami istri sudah menjadi hambar. Dan hidup berumah tangga bagaikan terpenjara. Suami memilih untuk lebih banyak diam demi menghindari konflik. Atau, di saat terpaksa berkomunikasi dengan pasangan, nada bicara mereka kurang bersahabat dan kata-kata yang keluar pun sering meremehkan atau merendahkan pasangannya.
Ketika suami-suami dihadapkan pada pertanyaan mengapa mereka menyeleweng, kebanyakan menjawab bahwa ketidakpuasan emosional adalah alasan utama, bukannya masalah sex. Kenyataannya, kaum laki-laki juga ingin merasa dirinya berharga, diperhatikan dan punya ikatan batin dengan istri mereka. Tapi, seserhana itukah?
Tentu saja tidak. Karena, banyak istri yang tidak tahu atau bahkan tidak mengerti kebutuhan batiniah suaminya. Misalnya, ketika suami telah dengan susah payah banting tulang mencari nafkah dan mau meluangkan waktu luangnya untuk bermain dan mengurusi anak-anak, apakah sebagai istri kita pernah menghargai jerih payah mereka? Atau kita menganggap memang sudah sepantasnya mereka berbuat demikian dan suami tidak perlu kredit untuk itu? Kenyataannya, suami juga butuh penghargaan. Dan biasanya, sebuah 'ucapan terima kasih' yang sederhana akan membuat mereka merasa dihargai sehingga akan lebih bersemangat lagi menjalankan perannya di dalam rumah.
Sampai saat ini, entah sudah berapa buku tentang selingkuh yang telah saya baca. Sehingga mungkin Anda akan heran, untuk apa sih saya membaca buku-buku tersebut? Tentu saja banyak gunanya. Pertama-tama, demi hubungan yang lebih harmonis dengan suami. Kedua, karena dunia coaching yang aku tekuni. Dan, yang terakhir; sebagai orangtua, kita harus menyadari bahwa keharmonisan rumah tangga akan berdampak pada kestabilan mental dan rasa aman yang dimiliki oleh anak-anak kelak. Jadi, menguasai ilmu parenting saja tanpa memahami dan mampu membangun hubungan yang positif dengan pasangan, tentu tidak akan pernah cukup.
Dalam bukunya 'The Truth about Cheating', Gary Neuman - seorang konselor dan rabi - ingin membantu para istri agar tahu apa yang dapat dilakukan untuk menciptakan kehidupan pernikahan yang solid dan bebas dari perselingkuhan. Saya menyarankan Anda untuk membacanya jika ingin mengetahui lebih detail.
Menurut Gary, tanda-tanda jika suami mungkin saja telah selingkuh atau hatinya telah berpaling dari Anda adalah:
- Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah.
- Kegiatan sex yang semakin berkurang atau jarang
- Mereka mulai enggan berbicara atau menolak saat diajak berdiskusi
- Mereka mulai sering mengkritik
- Mereka memulai lebih banyak pertengkaran dengan Anda
Memang, setelah menikah, suami mungkin saja telah berubah dibandingkan dengan saat masih pacaran. Banyak istri yang merasa kalau telah 'dicurangi' karena ketika pacaran dulu, suami begitu perhatian. Kini, setelah hidup dalam sebuah ikatan pernikahan, semunya sudah tidak sama lagi. Mereka menjadi cuek dan seolah-olah sudah tidak mau tahu perasaan istrinya lagi.
Sebenarnya, menaklukkan hati suami jauh lebih mudah daripada meminta mereka untuk mengerti isi hati istrinya. Kunci utama adalah buatlah diri mereka merasa berharga. Dan, ini dapat diawali dengan hal-hal yang sederhana. Misalnya, tidak usah mengeluh untuk masalah-masalah sepele. Bahkan untuk masalah besar pun, jika bisa bicara dengan kepala dingin, tentu akan lebih positif sehingga mudah mendapatkan solusi.
Di samping itu, untuk memudahkan tugas kita sebagai istri, cobalah pahami apa yang ada di balik pikiran kaum lelaki.
1. Kemenangan itu adalah mutlak.
Bagi laki-laki, menang adalah segala-galanya. Itulah sebabnya ketika petenis nomor wahid dunia, Roger Federer kalah tragis dari rival utamanya, Rafael Nadal di final 'Australia Open' tahun lalu, dia sampai mengeluarkan air mata. Juga Andy Murray, saat kalah mudah dari Roger pada final 'Australia Open' minggu lalu, dia pun harus menahan tangis saat memberikan kata sambutan. Ini hanya contoh saja.
Kalau di rumah, cobalah menangkan hati suami kita dengan pujian atau penghargaan yang pantas mereka terima. Jangan sampai jika tidak mampu 'menang' di rumah, mereka mulai mencari kemenangan di luar rumah atau jatuh ke dalam pelukan perempuan lain yang bisa mengambil hati mereka. Jadi, supaya suami betah di dekat kita, buatlah diri mereka merasakan bahwa dengan kekurangan yang dimiliki, istrinya mampu melihat kelebihannya dan mencintai mereka apa adanya.
2. Kaum lelaki pandai memilah-milah pikiran.
Lelaki selalu menggolongkan mana masalah penting yang harus segera ditangani dan mana masalah yang ringan yang bisa ditunda penyelesaiannya. Jadi, mereka sering heran mengapa kaum perempuan lebih emosional dan selalu mengganggu mereka dengan masalah-masalah sepele. Apalagi saat mereka sedang sibuk dan tak ingin diganggu. Sebagai istri, marilah kita cari penyaluran emosi yang lebih positif. Sebagai contoh: bagi saya, membaca dan menulis adalah kegiatan positif sehingga bisa membuat emosi lebih terkontrol.
3. Kaum lelaki tidak suka hal-hal yang jelimet dan rumit.
Laki-laki suka memberikan jawaban atau solusi dan kemudian melangkah ke depan. Untuk itu, saat berbicara dengan mereka, jelaskan apa yang kita inginkan. Jangan beranggapan bahwa suami akan tahu dengan sendirinya atau harus mengerti apa yang kita inginkan. Ingat, mereka tidak mampu membaca apa yang tersirat dalam perkataan kita setiap saat. Saya telah membuktikan bahwa jika kita mampu mengkomunikasikan pikiran dengan jelas dan memahami pola pikir suami, maka satu per satu ganjalan batin akan hilang dengan sendirinya.
Akhir kata, menciptakan hubungan yang harmonis dengan pasangan kita haruslah dijadikan prioritas utama. Karena, pasti tidak enak hidup seatap dengan orang yang tidak hangat dan tidak punya semangat membina hubungan yang positif, bukan? Jadi, mulai saat ini, fokuskan pikiran dan perhatian Anda untuk menciptakan kehidupan perkawinan yang berpegang pada prinsip "Kehidupan perkawinan kita adalah prioritas. Sehingga apa pun akan kita lakukan untuk saling mencintai, bebas dari selingkuh, dan menyenangkan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H