Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Bagaimana Nasib Stadion Setelah Pelaksanaan PON XX Papua

6 Oktober 2021   12:13 Diperbarui: 6 Oktober 2021   17:47 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PON XX Papua. Sumber Foto: Jubi.co.id

Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX yang berlokasi di Provinsi Papua telah berlangsung selama 4 hari. PON merupakan pesta olahraga terbesar di Indonesia yang telah dimulai sejak 3 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1948.

PON pertama dilaksanakan di Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Sejak pertama kali digelar, PON telah menandingkan berbagai cabang olahraga. Sebagaimana diketahui, pelaksanaan PON Papua mempertandingkan 45 cabang olahraga.

Jika kita flashback kepada sejarah pelaksanaannya, PON secara rutin digelar setiap 4 tahun sekali. Pelaksanaan PON ke XX harusnya digelar pada bulan Oktober tahun lalu, namun karena situasi pandemi Covid-19 yang belum membaik, PON ahirnya ditunda selama 1 tahun.

Salah satu hal yang menarik dibahas dalam penyelenggaraan PON adalah tuan rumah itu sendiri. Selama 20 kali PON digelar, tidak terlihat ada pola yang konsisten dan pertimbangan tertentu yang diputuskan oleh KONI.

Berdasarkan catatan yang telah ada, Provinsi yang paling sering menjadi tuan rumah PON adalah DKI Jakarta. Sementara itu, Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur masing-masing pernah menjadi tuan rumah PON sebanyak 2 kali.

Pertimbangan suatu daerah menjadi tuan rumah PON menjadi penting dalam sudut pandang politik, ekonomi dan keamanan. Mengingat, PON merupakan perhelatan olahraga terbesar dan cukup menyita anggaran negara.

Melansir berita dari Kompas.com tanggal 4 September 2021 dengen judul "Sri Mulyani Ungkap PON Papua Habiskan Duit APBN Rp 10,43 Triliun", biaya yang digelontorkan pemerintah untuk acara yang digelar selama 2 minggu sangatlah besar.

Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa dana tersebut dikeluarkan untuk penyediaan sarana olahraga. Olahraga memang dapat menyatukan kelompok yang memiliki latar belakang yang berbeda. Terlebih Indonesia yang jelas-jelas memiliki keragaman suku, bangsa, ras dan agama.

Pesta olahraga memang dapat melupakan kepenatan kita sejenak dari masalah pandemi yang tak kunjung selesai. Namun, anggaplah suara ini sebagai perwakilan rakyat. 

Setelah pesta dilakukan mampukah PON ini meningkatkan spirit kebangsaan, memberikan stimulus untuk prestasi dan memberikan pesan damai kepada seluruh anak bangsa.

Pertandingan olahraga dalam tingkatan internasional memang telah lama dirasakan dapat menyatukan bangsa Indonesia dalam euphoria kebanggaan, seperti yang terjadi dalam momen kemenangan Greysia Poli dan Apri (pasangan ganda putri bulutangkis) yang memenangkan olimpiade Tokyo 2020.

Perbedaannya, dalam PON ini yang dipertandingkan adalah kontingen daerah. Dengan pertandingan ini, apakah hal ini tidak akan memicu pride terhadap daerah masing-masing. Pertimbangan kedua yang harus kita tindaklanjuti secara kritis adalah tentang nasib atau kelanjutan dari stadion-stadion yang telah digunakan.

Mengacu dari kisah stadion-stadion lain seperti Stadion Riau, Stadion Palaran, dan Stadion Banten, setelah even dilaksanakan, stadion kembali sepi tanpa perawatan bahkan sepertu rumah hantu. 

Sangat miris sekali jika membandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan stadion tersebut.

Stadion biasanya dimiliki oleh pemerintah daerah. Jika pemerintah seris terhadap komitmennya dalam pembangunan SDM, mulai saat ini pemerintah bisa mulai memenahi dengan memikirkan pengelolaan dan perawatan stadion.

Stadion jangan hanya digunakan sebagai tempat untuk event olahraga besar saja. Sebaliknya, stadion harus didorong sebagai tempat menempa dan mengembangkan bakat-bakat para atlet di Indonesia. 

Di sisi lain, dalam perawatannya, pemerintah sapat mempekerjakan sekelompok orang untuk membersihkan dan merawat stadion secara berkala.

Hal lain yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaan PON adalah aspek keamanan. Hal ini mencuat tatkala PON digelar di Provinsi yang sangat rawan terhadap isu keamanan. 

Sebelum tuan rumah PON diputuskan, potensi-potensi konflik dan gangguan yang kemungkinan akan muncul harus terlebih dahulu diidentifikasi, kemudian diselesaikan.

Koordinasi antara lembaga pemerintah terkait dan seluruh lapisan masyarakat harus dilakukan. 

Jika menilik pelaksanaan PON Papua, lokasi pertandingan tidak difokuskan kepada 1 dan 2 tempat, venue pertandingan bahkan dipecah lagi kedalam tempat-tempat yang berbeda.

Menurut hemat penulis, hal ini kemungkinan dilakukan untuk mengantisipasi 2 hal. Pertama mengantisipasi penularan virus Covid-19 dan kedua untuk meminimalisir potensi gangguan keamanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun