Untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan beberapa keahlian, salah satunya adalah kepiawaian berkomunikasi di depan publik. Skill ini selain dapat membantu menyalurkan aspirasi masyarakat nanti didalam persidangan, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konstituen. Karena semakin ia piawai dalam meyakinkan konstituennya, maka semakin tinggi harapan keterpilihannya nanti.Â
Namun sayangnya. Skill tersebut masih menjadi hambatan, karena kurangnya kemampuan perempuan berorganisasi dan berjejaring. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya presentasi perempuan dalam kepengurusan partai di Indonesia
Hambatan Internal
Kontestasi caleg adalah kompetisi yang sengit sehingga kekompakan menjadi kunci utama. faktor selanjutnya yang menjadi potensi hambatan perempuan pada saat nyaleg dan sebelum nyaleg adalah adanya masalah internal baik tim sukses maupun partai.Â
Salah satu contohnya ialah konflik yang terjadi antar caleg yang berkompetisi di daerah pemilihan yang sama. Atau masalah internal lainnya adalah ketidakmampuan caleg untuk mengantisipasi masalah tim sukses yang tidak solid.
Karena, untuk menjangkau wilayah pemilihan yang luas diperlukan kekompakan dan koordinasi antar relawan. sehingga jika caleg gagal membina tim sukses kemungkinan kinerja untuk meyakinkan konstituen akan disalip tim sukses lain
Hambatan Sosial Budaya
Budaya politik Indonesia yang masih beriklim patriarki membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi keterpilihan perempuan.
Perempuan kerap kali dipandang sebelah mata, disepelekan bahkan mendapatkan perlakuan diskriminatif dari masyarakat dibanding kandidat laki-laki.Â
Berdasarkan pengalaman salah satu caleg dari Partai Solidaritas Indonesia yang bernama Dara Nasution (23) yang berasal dari dapil III Sumatera Utara pada pemilu tahun 2019 mengungkapkan, hambatannya pada saat pemilihan adalah dirinya kerapkali merasa disepelekan sebagai politisi perempuan, sehingga ia harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan pemilih.
Selain faktor tersebut, secara umum politisi masih dianggap sebagai pekerjaan yang kurang baik, hal ini terjadi lantaran banyaknya narasi negatif yang diberitakan kepada DPR akibat banyaknya kasus korupsi yang menjerat politisi. Sehingga, hal tersebut, kerapkali membuat citra para politisi cenderung buruk di masyarakat.
Survei dari LSI mengungkapkan bahwa kepercayaan publik terhadap DPR turun dari 65% menjadi 63,5% pada tahun 2019Â
Hambatan Pemilih
Pemilih merupakan kunci utama memenangkan kursi. Tak dipungkiri semua kandidat berusaha dengan berbagai cara untuk memenangkan suara konstituen dengan jumlah yang banyak.Â