Sumber gambar : freepik.com
 Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Asza Putri Fadillah, UNJ 2022
Pendidikan karakter merupakan suatu kaidah penamaan pandangan-pandangan hidup karakter yang meliputi unsur pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan pandangan-pandangan hidup tersebut, baik terhadap Yang Mahakuasa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa bisa dilakukan melewati perkembangan karakter pribadi seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan kultur tertentu, maka peredaran karakter pribadi seseorang semata-mata bisa dilakukan dalam lingkungan sosial dan kultur yang bersangkutan. Artinya, peredaran kultur dan karakter bisa dilakukan dalam suatu metode edukasi yang tidak mengeluarkan peserta didik dari lingkungan sosial,kultur masyarakat, dan kultur bangsa.Lingkungan sosial dan kultur bangsa adalah Pancasila, jadi edukasi kultur dan karakter adalah mengembangkan ideal-ideal Pancasila pada diri peseta didik melalui edukasi hati, otak, dan fisik.
Artikel ini bertujuan untuk membentuk dan membangun pribadi bangsa Indonesia yang bertaqwa kepada Yang Mahakuasa, mematuhi aturan hukum, memelihara kenyamanan internal dan antar warga beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya, meluaskan kekayaan sosial, menaruh pandangan hidup-pandangan hidup luhur budaya bangsa, dan mempunyai kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam skema memantapkan fondasi spiritual, moral, dan budi pekerti pembangunan bangsa.Â
Manfaat dari artikel ini adalah diharapkan dapat membangun serta membentuk dan menyempurnakan diri secara komprensif agar dapat membentuk kemampuan diri individu. Serta dapat mengupayakan merealisaikan dengan memperkuat prilaku dan karakter bangsa melalui edukasi Pendidikan.
Berdasarkan rincian di atas maka dapat membuat rumusan masalah dalam artikel ini sebagai berikut :
Apa pentingnya Pendidikan budaya dan karakter?
Apa saja komponen Pendidikan budaya dan karakter?
Bagaimana strategi penyuluhan Pendidikan budaya dan karakter?
Bagaimana cara penerapan Pendidikan budaya dan karakter?
Apa saja upaya Pendidikan budaya dan karakter dalam mencapai  tujuan Pendidikan?
Sumber gambir : freepik.com
 Pendidikan menuju ke arah terbentuknya integritas bangsa para pelajar merupakan tanggungjawab semua pengajar. Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh seorang pengajar. Dengan demikian, kurang cocok jika dikatakan bahwa membimbing para pelajar agar mempunyai karakter bangsa semata-mata ditimpahkan pada para pengajar mata pelajaran tertentu, misalnya guru Agama atau guru Kewarganegaraan. Walaupun bisa dipahami bahwa yang berwenang untuk melatih pendidikan karakter bangsa adalah para pengajar yang relevan dengan pelajaran karakter bangsa.Tanpa terkecuali, semua pengajar harus menjadikan dirinya seperti sosok teladan yang berdaulat bagi para siswanya. Sebab tidak akan mempunyai makna apapun bila seorang pengajar Kewarganegaraan melatih menangani suatu perihal yang berbeda pendapat dengan peraturan demokrasi, sementara pengajar lain dengan cara otoriter. Atau seorang pengajar pendidikan agama dalam menjawab pertanyaan para siswanya dengan cara yang inisiatif sementara penatar lain semata-mata menyodorkan asal-asalan dalam menjawab.
Pendidikan karakter, saat ini ini mesti diperlukan bukan semata-mata di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan saat ini anggota pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak mesti dilakukan untuk perkembangan hidup Bangsa ini. Bayangkan perlombaan apa yang akan terlihat ditahun-tahun mendatang? Yang eksplisit itu akan menjadi beban kita dan orangtua untuk kurun waktu saat ini. Saat itu, anak-ank kurun waktu saat ini akan menemui kompetisi dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berprofesi ditahun tersebut akan menanggung perasaan yang sama. Tuntutan nilai asal daya manusia pada milenium mendatang tentunya memerlukan good character. Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penentuan di Amerika, 90 persen peristiwa pemberhentian disebabkan oleh norma buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang berkurang. Selain itu, terdapat penentuan lain yang mengisyaratkan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di publik ditentukan oleh emotional quotient. (Omeri, 2005)
Sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan yang mensyaratkan keterkaitan banyak pihak di dalamnya. Kita tidak dapat hanya memasrahkan tugas pengajaran, terutama dalam sketsa mengembangkan karakter peserta didik, hanya semata-mata untuk guru. Sebab, setiap peserta didik menyimpan bakat konklusi yang berbeda, yang turut menetapkan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu, guru, orang tua maupun masyarakat seharusnya menyimpan keterkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu terdapat sejumlah faktor yang mesti diperhatikan dalam sketsa melaksanakan edukasi karakter diantaranya seperti berikut :
Kebijakan Pendidikan
Kurikulum Terpadu
Pengalama Pembelajaran
Pengawasan dan Bantuan Orang Tua
Program Kependidikan
Partisipasi Masyarakat, dan
Evaluasi (Kidam, 2005)
Sumber gambar : Buku Supervisi Pendidikan Anak Usia Dini
Â
Strategi Pendidikan Karakter yang akan dibahas adalah Strategi Pendidikan Karakter mengunakan Multiple Talent Aproach (Multiple Intelligent). Strategi Pendidikan Karakter ini mempunyai sasaran yaitu untuk meluaskan seluruh kepandaian anak didik yang perwujudannya melalui peluasan bakat yang akan bermanfaat pada Self Concept yang menyokong kesehatan mental. Konsep ini menyimpan peluang bagi anak didik untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kemauan dan keinginan yang dimilikinya. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan kemampuan akademik yang ditemukan disekolahnya dan anak didik tersebut mempelajari riset intelengensia. Cara tersebut misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, program jasmani atau kemamuan motorik atau lewat cara sosialemosional. (Omeri, 2005)
Penerapan Pijakan dasar yang harus dijadikan sebagai fondasi dalam memadukan pendidikan karakter ialah pandangan hidup moral universal yang bisa digali dari agama. Meskipun demikian, terdapat sejumlah pandangan hidup karakter dasar yang disepakati oleh para ulama untuk diajarkan untuk peserta didik. Yakni pandangan cinta kepada Sang Pencipta Yang Maha Esa dan ciptaany-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, mampu bekerjasama, percaya diri, kreatif, mau bekerja keras, pantang menyerah, adil, serta mempunyai sikap kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Dengan ekspresi lain dalam usaha memadukan pendidikan karakter pengajar harus berusaha membangun pandangan-pandanga hidup tersebut melewati semangat keteladanan yang nyata, bukan sekedar perumpamaan dan wacana. Beberapa pandangan lain mengatakan bahwa pandangan-pandangan hidup karakter dasar yang harus diajarkan untuk peserta didik sejak dini adalah cara yang bisa dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil dan memiliki integritas. (Kidam, 2005)
Upaya peluasan pendidikan karakter erat kaitanya dengan tradisi sekolah, (Wibowo, 2012) mengatakan bahwa etika atau budaya sekolah bisa dikatakan seperti pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tergambar dalam semangat, perilaku, maupun lambang serta semboyan khas identitas mereka. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi sekolah antara lain melewati: (1) kelas, melalui metode belajar setiap mata pelajaran atau program yang dirancang sedemikian rupa. (2) sekolah, melalui berbagai program sekolah yang dirancang sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari seperti bagian dari tradisi sekolah. (3) luar sekolah, melalui program ekstrakurikuler dan program lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik.
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (Hariyanto, 2012) mengusulkan empat unit usaha pengembangan pendidikan karakter dalam kaitannya pengembangan diri, yaitu: (1) program rutin menjadikan program yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap waktu, misalnya upacara bendera setiap hari senin, piket kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan setelah pelajaran, dan sebagainya.(2) program spontan bersifat spontan, waktu itu juga, pada masa situasi tertentu, misalnya menggerakkan sedekah bagi korban bencana alam, membesuk kawan sakit atau sedang yang mendapat musibah, dan lain-lain. (3) keteladanan adalah timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan sikap pengajar dan tenaga kependidikan di perguruan, misalnya kerapian busana yang dikenakan, kedisiplinan, tertib dan teratur, saling peduli dan kasih sayang, dan sebagainya. (4) pengkondisian, menciptakan perihal yang menjunjung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya mengenai tata ruang yang rapi, mengenai toilet yang bersih, disediakan wadah sampah, pekarangan sekolah yang rindang.
Dari uraian artikel di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan karakter adalah suatu kaidah penamaan pandangan-pandangan hidup karakter yang melingkupi unsur pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan sikap untuk melaksanakan pandangan-pandangan hidup tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa bisa dilakukan dengan menyeberangi perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang semata-mata bisa dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan.Â
Saran yang dapat disampaikai dari artikel di atas adalah Pendidikan karakter, saat ini ini mutlak diperlukan bukan semata-mata di perguruan saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Pelaksanaan pendidikan karakter sasarannya bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga harus dilaksanakan hinga usia dewasa. Disamping diberikan di perguruan pendidikan karakter juga harus dimulai dari rumah tangga yaitu pendidikan dari orang tua.
Daftar Pustaka
Hariyanto, M. S. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter . Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Kidam, J. (2005). Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran.
Omeri, N. (2005). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. 464-468.
Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H