“kenapa sih, dari tadi belum ada yang mau.Padahalsekarangsudah jam duapagiloh. Sudah tujuh laki-laki yang aku dekati” gumamku dalam hati.
Malam semakin larut, hatiku semakin cemas.
“Hallo Mbak. Berapa?”
Akupun menoleh kearah sumber suara. Berdiri di samping saya seorang laki-laki setengah baya.Potongan rambut yang sedikit panjang dengan sebatang rokok ditangannya.
“150 aja mas dengan kamar” sahutku dengang sedikit senang yang tidak bisa aku sembunyikan. Diapun semakin mendekat kearahku.
“Bentar lagi ya mbak, sedikit lagi. Bisakah kita mengobrol dulu” dengan suara yang lembut dia menawarkan sebatangrokok.
“sudah lama yambakdisini?” sambungnyasambilmemandangjauhkedepan.
“lumayan mas, sudah 7 tahunan”
“ohh. Udah lama yambak” balasnyadengansedikitmenganggguk dan menatapkearahku.
“ayolah mas, sekarang” aku terus merayunya, dengan bercampur dengan rasa cemas karena sudah sepertiga malamaku belum mendapat satu tamu pun.
Lagi-lagi dia menoleh kearahku dan menarik nafas panjang. Tatapannya yang begitu tajam menembus di relung-relung jiwaku. Begitu lama dia menatapaku. Aku hanya terpaku dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia perlahan meraihtanganku dan menarikaku mendekatinya.