“Ah, kamu mah sama seperti Pak Darto, gombal mulu”. Kamipun tertawa.
Kami berjalan masuk menyusuri lorong-lorong sempit menuju tempat pengaduan nasib kami dan mencoba menebarkan senyum manis kepada setiap orang yang kami jumpai. Senyum yang basi, yang tidak berasal dari hati. Ini dilakukan oleh setiap kami, Wanita malam kepada setiap pendatang tempat ini. Aku memutuskan untuk duduk di sebuah warung kecil, disitu juga terdapat beberapa temanku yang sedang menikmati kopi dan rokok sebelum malam datang, kebetulan belum terlalu banyak orang yang datang, para tamu, pengunjung tempat ini juga masih satu dua orang. Kami bersalaman dan bercanda. Setelah berapa lama kami bersenda gurau kamipun bergegas mencari tempat yang pas untuk menyambut para pengunjung.
Para pengunjung mulai banyak. Aku memilih untuk duduk dan sambil menunggu pengunjung aku mengutak-atik handphone-ku. Aku membaca beberapa pesan masuk dan tidak aku balas. Kulihat jam di HP-ku, Pukul 21.07. akupun berdiri dan mendekati lelaki setengah tua.
“Ayo mas, Masuk kamar yuk.” Rayuku dengan bisikan manja
“Baru datang mbak, bentar dulu ya,” jawabnya singkat.
“oh ya, dengan aku aja ya mas” rayuku lagi.
“ aku lagi mau nyantai mbak”
Aku bergegas meninggalkan pria setengah tua itu, menyusuri lorong gelap sambil memperhatikan sekelilingku. Seperti biasa, kudengar rayuan manja untuk semua tamu yang datang. Akupun juga menebarkan pesonaku untuk memikat para pria yang haus akan belaian iniatauhanyasekedarmelepasgairahnafsumereka. Sekali-kali aku memegang mereka, membisikan rayuan manja ke telinga mereka.
“ayo masuk kamar mas. Dengan saya aja..nanti aku puasin dehh....”
Semakin aku melancarkan rayuanku dan berusaha memikat mereka, jawaban sama selalu aku dengar.
“Nanti dulu mbak..aku lagi mau santai”