Kamar ini, setiap sudutnya, membawa kenangan manis, tapi juga kehampaan tanpa kehadiran sosok yang selalu memberi dukungan.
Sesak di dada dan sambil mencerna kenyataan pahit, bahwa segala impian berakhir di titik ini.
Dalam kesedihan dan kekosongan, aku menyadari bahwa kehidupan baru, kampus yang baru, dan impian yang baru harus menunggu di ujung perjalanan ini.
***
Kepergian bapak telah meninggalkan beban besar pada pundak mamaku, seorang janda petani. Namun, dengan kekuatan dan ketegaran hatinya, dia mendorongku untuk tetap melanjutkan kuliah.
Tidak sedikit yang bicara sinis, bahkan memandang dengan mata sebelah.
"Ah, bapaknya baru meninggal, sekarang sok-sokan mau lanjut kuliah. Biaya dari mana?"
Bisikan-bisikan tak terucapkan itu melayang di udara, menyatu dengan kerumunan pikiran negatif yang kadang menghiasi sudut-sudut kehidupan.
Menghadapi keraguan dan pandangan sinis itu tidak pernah mudah. Namun, di balik keragu-raguan itu, tersembunyi tekad dan semangat yang membara.
Saat seseorang kehilangan sosok yang dicintai, bukanlah hal yang mudah untuk mengangkat diri dan melangkah maju. Â Bagiku, ini adalah bentuk penghormatan terbaik terhadap pesan terakhir bapak.
Mama memelukku erat, Â di matanya terpancar kekuatan yang luar biasa.
"Nak, bapakmu sebelum pergi, berpesan agar kamu tetap kuliah. Walau  hanya seorang petani, mama akan berusaha sekuat tenaga untuk membiayai kuliahmu.