Kosong pikiran seketika. Kaki terasa kaku dan tak kuasa melangkah.
Pesan singkat itu membawa kabar pahit, bahwa bapak tercinta telah berpulang ke sang pemilik kehidupan.
Memori enam bulan yang lalu masih tersimpan rapi di ingatanku. Senyum  bahagia yang terpahat indah di wajah bapak tatkala kedatanganku membawa khabar sukacita,  teruarai satu demi satu dan lenyap tak berbekas bersama kalimat yang terdiri dari tiga kata yang kubaca.
Kata-kata sederhana di lembaran putih seakan menusuk hati, mengingatkan bahwa hidupku akan berubah tanpa sosok yang begitu berarti.
"Anak, pulanglah segera,"
begitu singkat namun terasa begitu berat. Tangisku memenuhi ruangan kosanku, meresapi kehampaan di setiap sudut kampus yang baru saja kucintai.
Semua impian dan harapan lenyap sekejap di bawah beban kehilangan.
Setiap sudut kampus yang dipenuhi semangat belajar menjadi saksi bisu akan kehilangan ini.Â
Dalam kehampaan, aku  merangkai barang-barangku, bersiap untuk meninggalkan Makassar.
Perjalanan pulang ke Flores terasa berat, langkahku seakan dihantui kenangan.
Dalam perjalanan pulang, pikiranku melayang ke masa depan yang penuh ketidakpastian.