Mohon tunggu...
Viktorinus Rema Gare
Viktorinus Rema Gare Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Sekolah

Apa adanya dan melihat orang lain bahagia dari setitik kontribusi yang bisa ku beri adalah kepuasan batin tak terukur. Mempelajari sesuatu yang baru adalah tantangan tersendiri seabagai wujud niat hati untuk terus berevolusi bahwa hidup ini tidak statis namun dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Melodi Kasih di Setiap Langkah (2)

25 November 2023   21:09 Diperbarui: 25 November 2023   22:41 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Dek, kamu  SMA di mana?". " Aku masih kelas 1 SMP, Kak."

Setelah mendengar jawabannya, senyumku merona campur aduk antara keterkejutan dan kegugupan.

Dengan lembut, aku menjawab, "Hei, maafkan aku. Aku pikir kamu siswi SMA karena kecantikanmu membuatku terpesona. Bagaimana mungkin seorang gadis seindah ini masih duduk di bangku SMP?"

Dia tersenyum malu-malu, pipinya yang imut sedikit merona merah. Tatapannya yang tulus membuat hatiku berdebar lebih cepat.

"Terima kasih, Kak. Aku Maria Yosephine, siswa SMP di sekolah dekat sini," ucapnya dengan suara lembut.

 Aku tertawa ringan, "Baiklah, Maria. Aku , Rian dari SMA Negeri Bajawa Senang bertemu denganmu. Apa kamu sering keluar ke kedai ini?"

Dia mengangguk pelan, "Iya, Kadang-kadang. Orang tuaku memiliki kedai ini, jadi aku sering membantu mereka."

 "Wah, begitu ya. Kalau begitu, mungkin suatu saat aku akan sering mampir ke sini untuk bisa melihatmu lebih sering," kataku sambil tersenyum ramah.

Maria, dengan matanya yang penuh pesona, membalas senyumnya dengan lembut. Kami saling bertatapan, seakan menemukan dunia baru dalam pandangan satu sama lain.

***

Baca juga: Bumi Menangis

Pertemuan kami di kedai itu menjadi awal dari serangkaian peristiwa yang tak terduga. Rian dan Maria sering bertemu di sana, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Kedai kopi itu menjadi saksi bisu dari tumbuhnya perasaan di antara dua insan yang lagi kasmaran.

Suatu hari, Rian mengajak Maria untuk duduk di luar kedai, di bawah pohon yang memberikan teduh. Berdua duduk berhadapan, angin sepoi-sepoi menyapu wajah, menambah syaduhnya rasa dalam jiwa, menciptakan suasana yang romantis. Rian menatap mata Maria, "Kamu tahu, sejak pertama kali kita bertemu, aku merasa ada yang istimewa dalam dirimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun