Wajah Alex pucat. "Tidak, Maya, aku tidak tahu bagaimana akan hidup tanpamu."
Maya menggenggam tangan Alex erat-erat. "Kita akan selalu terhubung melalui kenangan kita, Alex. Dan siapa tahu, mungkin di masa depan, kita akan bersatu lagi."
Ketika hari keberangkatan Maya tiba, mereka berdua duduk di bawah pohon itu untuk terakhir kalinya. Alex memberikan sketsa wajah Maya yang telah dia gambar selama ini. "Ingatlah selalu, kita punya satu hati yang saling menyayangi," ucapnya dengan suara yang penuh perasaan.
Maya mencium kening Alex. "Aku akan selalu menyimpanmu di hatiku, Alex."
Setelah itu, dunia mereka terbagi. Alex terus melanjutkan kehidupannya dengan cinta pertamanya, dan Maya memulai babak baru di kota yang baru. Meski jarak memisahkan mereka, kenangan tentang cinta pertama tetap membakar di hati mereka, menjadi sumber kekuatan di setiap langkah kehidupan mereka.
"Cinta pertama adalah kilas balik manis yang selalu menyimpan kenangan indah di hati, meski waktu terus berlalu."
Hari-hari berlalu, dan Alex terus menjalani hidupnya di kota kecil itu. Cinta pertamanya kepada Maya tetap melekat di hatinya, dan dia belajar untuk menerima bahwa hidup terus berlanjut meski cinta mereka berdua terpisah oleh jarak.
Alex mengikuti hobinya yang mendalam dalam seni dan mengejar impian-impian masa depannya. Di setiap goresan kuas dan setiap detail karya, dia menemukan kehadiran Maya yang tetap hidup dalam karyanya. Seni menjadi cara baginya untuk menyampaikan perasaannya yang tak terungkapkan.
Sementara itu, Maya menemukan hidup baru di kota yang berbeda. Meski awalnya sulit meninggalkan kenangan bersama Alex, dia bertekad untuk membuat yang terbaik dari situasi barunya. Di sekolah yang baru, dia mendapatkan teman-teman baru dan mengejar passion-nya dalam menulis.
Kedua dunia mereka terus berputar, terpisah oleh waktu dan jarak. Namun, takdir memiliki cara yang ajaib untuk menyatukan hati yang saling terpaut. Suatu hari, Alex menerima berita bahwa dia diterima di sebuah sekolah seni bergengsi di kota di mana Maya tinggal sekarang.
Dengan hati penuh kegembiraan, Alex membuat keputusan untuk mengikuti impian seninya dan, mungkin, menemukan kembali cinta pertamanya. Dia tiba di kota baru dengan hati yang berdebar, penuh harapkan untuk melihat Maya lagi.
Sementara itu, Maya yang tidak tahu apa-apa tentang kunjungan mendadak ini, terus mengejar karir menulisnya. Suatu hari, mereka bertemu di sebuah galeri seni lokal. Mata mereka saling bertemu, dan saat itu pula, waktu terasa berhenti sejenak.