Bagian 2 : Â Awal Baru di Desa
Raisa berdiri di depan pintu gerbang desa kecil yang menjadi tujuan barunya. Setelah perjalanan panjang dari Jakarta, dia tiba di desa dengan harapan dan kekhawatiran yang campur aduk. Pemandangan di depannya sangat berbeda dari hiruk-pikuk kota yang biasa dia hadapi. Rumah-rumah sederhana dengan atap jerami, jalan setapak yang dikelilingi oleh tanaman hijau, dan udara segar yang menyegarkan.
Dia melihat sekeliling, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan baru ini. Program residen seni yang diikutinya menawarkan kesempatan untuk terlibat dalam proyek komunitas sambil mendapatkan ruang untuk refleksi pribadi dan kreativitas. Namun, dia tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya, terutama karena ini adalah langkah pertama untuk keluar dari zona nyamannya.
Raisa mengambil napas dalam-dalam dan melangkah masuk ke area desa. Penduduk desa menyambutnya dengan ramah. Beberapa dari mereka tersenyum dan menyapa, sementara yang lain hanya mengamati dari jauh. Raisa merasa sedikit canggung, tetapi berusaha untuk tetap positif.
Saat Raisa memeriksa tempat tinggalnya, sebuah rumah kecil yang terletak di pinggir desa, dia merasa lega melihat bahwa tempat tersebut cukup nyaman. Rumah itu sederhana, namun memiliki suasana yang hangat. Pemandangan dari jendela menghadap ke sawah yang luas, memberi Raisa ketenangan yang selama ini dia cari.
Sementara itu, Ardi juga tiba di desa yang sama, tidak lama setelah Raisa. Dia datang dengan ransel besar dan koper yang penuh dengan buku dan alat tulis. Dengan tekad untuk menemukan inspirasi dan menyelesaikan bukunya, Ardi merasa cemas namun penuh harapan. Sesampainya di desa, dia langsung menuju ke rumah residen yang telah disiapkan untuknya.
Ketika Ardi memasuki rumahnya, dia terkesan dengan suasana tenang dan sederhana. Rumah tersebut memiliki teras kecil di depan yang menghadap ke taman bunga. Ardi merasa ini adalah tempat yang ideal untuk merenung dan menulis. Namun, di dalam benaknya, Eko, saingan profesionalnya, masih mengganggu. Eko pernah memperingatkan Ardi tentang betapa tidak bergunanya program seperti ini dan bagaimana dia tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pada hari pertama mereka di desa, Raisa dan Ardi tidak saling mengenal. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing dan mencoba beradaptasi dengan kehidupan baru mereka. Raisa mulai menjelajahi desa, mengikuti beberapa kegiatan komunitas, sementara Ardi mulai mengatur ruang kerjanya dan merencanakan jadwal penulisannya.
Sementara itu, Rina, mantan rekan kerja Raisa, sudah mulai melaksanakan rencananya. Ia mengirimkan beberapa surat kepada Raisa dengan informasi yang tampaknya bersifat mengancam dan membingungkan. Salah satunya adalah surat yang mengklaim bahwa program residen tersebut mungkin memiliki risiko yang tidak diungkapkan. Rina berharap Raisa akan merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk kembali ke kota.
Eko, di sisi lain, mulai menyebarkan gosip di kalangan penulis dan seniman lokal bahwa Ardi adalah seorang penulis yang tidak konsisten dan kurang berbakat. Dia berharap bahwa dengan merusak reputasi Ardi, dia bisa memastikan bahwa Ardi tidak mendapatkan perhatian atau dukungan yang dia butuhkan di desa tersebut.