Surat dari Bapakku
(Nak, kamu harus berjuang dan berusaha bagaimana caranya, agar kamu tetap kuliah)
Senja itu, aku baru pulang dari kuliah. Setiba di Kostku yang tak jauh dari kampusku, aku di mendapati Surat Pos dari bapakku. Dengan perasaan Bahagia, aku sudah membayangkan kiriman uang dari orang tua seperti biasanya dua bulan sekali. Hati-hati aku membuka amplop, supaya surat yang didalamnya tidak tersobek. Setelah kubuka, pandanganku merasa asing, bukan pemberitahuan dari Kantor Pos tentang pengambilan kiriman, melainkan secarik kertas dengan tulisan tangan bertinta biru, tulisan itu sudah tidak asing lagi bagiku. Itulah tulisan tangan ayahku. Kata demi kata kubuca,
" untuk yang tercinta Anakku Viktor yang jauh di sana,...."
" Nak, bapak dan ibu minta maaf. " surat ini bapak dan ibumu menulis dalam keadaan menangis". "Nak,Kali ini, bapak dan ibu tidak bisa mengirim uang untuk kamu, nak"."Untuk beberapa bulan kedepan ini, bapak dan ibu mungkin tidak bisa mengirim uang untuk kamu". " uang yang ada sekarang, bapak harus gunakan untuk biaya pengobatan dan pembelian obat pengganti suntik sebesar Rp.30.000 setiap kali berobat,". " Jangan marah, nak".
Aku tak sanggup melanjutkan membaca. Aku hanya menangis dan menangis membayangkan kesedihan kedua orang tuaku, ketika menulis surat ini. Dengan berlinang air mata, aku berusaha melanjutkan membaca surat bapakku kata demi kata, kalimat demi kalimat.
" Nak, kamu jangan putus asa". " Kamu harus tetap kuliah, Nak". " Kuliah itu untuk masa depan kamu, Nak". " Nak, kamu harus berjuang dan berusaha bagaimana caranya, agar kamu tetap kuliah,nak".
" terima kasih nak," " Hormat bapak dan ibu yang sangat mencintaimu, tertanda bapak dan ibumu, Hendrikus Gare & Monika Mau".
Kulipat surat bapak dan kusimpan dalam koper pakyanku. Dibenakku, aku sudah bisa membayangkan betapa sedihnya bapak dan ibu yang jauh di sana tatkala menulis surat itu.
Terbayang permohonan bapak, "Nak, kamu jangan putus asa, kamu harus berjuang bagaimana caranya, agar kamu tetap kuliah"
Deraian air mata seakan tak berhenti membasahi kedua pipiku. Keteguhan dan ketegaran hati orang tua memberikan penguatan kepada anaknya untuk tidak mudah berputus asa, tidak larut dalam kesedihan tergambar di setiap kata -kata penguatan dalam surat bapak.