Hanya beberapa detik basa-basi, kemudian lokakarya dimulai. Bukan lokakarya sebenarnya menurut saya, namun lebih ke obrolan antara teman sesama pencinta puisi. Tak ada sekat yang berarti kecuali kursi dan waktu.
Memang 120 menit dibentangkan namun terasa singkat, berbeda saat mengerjakan ujian. Bagaimana tidak, bila tawa riuh tercipta saat dengan ringannya Joko Pinurbo berkisah tentang perjalanan mencipta puisi.
Mulai dengan masuk anginnya beliau saat mencari wangsit di Parangkusomo sampai terbujuknya untuk mengepulkan asap dengan konsisten dengan alasan memperlancar penciptaan puisi. Setiap penyair memang mempunyai cara tersendiri menjangkar hati.
Tak mengherankan jika Joko Pinurbo bisa menghabiskan dua cangkir kopi dengan asap rokok yang menemani. Lokakarya diakhiri dengan celetukan beliau, "Jadi penyair itu berat, biar saya saja!"
Jika lima buku bertema wisata saya tukarkan di mbak kasir, maka tujuh buku dengan tema beragam saya jejalkan di ransel pada hari kedua. Entah berapa buku lagi yang akan saya adopsi bila bertandang ke pasar buku yang berahkir pada Minggu 10 Maret pukul 22.00 WIB.
Bagaimana bisa berhenti berbelanja bila ada 200 penerbit baik major maupun indie, dengan program penarik hati yaitu diskon 30-80% dihelatkan.
Don't worry semua buku sudah dipilahkan sesuai genre maupun harga. Don't worry juga akan kehabisan judul buku yang diincar, setiap hari selalu dicurahkan kembali stok buku yang baru. Hanya saja karena mendukung diet plastik, jadi tukarkan dulu satu lembar nominal 10 ribu dengan satu tas kain untuk mengangkut tiga lusin belanjaan anda.
Sesuai dengan tema yaitu Literasi Digital: Perempuan-Perempuan yang Bersuara, maka menjadi pemakluman bila peserta Obrolan Patjar didominasi perempuan. Bagi yang belum akrab dengan nama pembicara pertama, sebagai langkah pertama silakan membuka aplikasi instagram kemudian ketik jennyjusuf dalam kolom pencarian. Monggo saya tunggu sambil ngopi, eh ngeteh sekarang.
Jika sudah mendapati penampakan sosok perempuan seperti di headbanner artikel maka simaklah unggahan foto beserta caption, juga IG story yang mungkin membuat anda memutar otak beberapa menit sebelum alis mengerut. Wajar karena saya juga melakukannya saat setahun lalu mulai memperhatikan aktivitas perempuan dengan pemikiran out of the box atau free thinker jika anda percaya bahwasannya kotak itu tidak ada.