Andai saja saya punya mesin waktu, ingin sekali saya melompat ke masa depan. Ingin melihat seberapa canggihnya teknologi di masa itu. Sekalian memastikan, apakah dunia sudah dipenuhi oleh robot, mobil terbang, dan benda-benda yang hanya berupa impian di masa kini?
Ah, saya malah berimajinasi ...
Berimajinasi menjadi kemampuan dasar manusia yang tak akan pernah mati. Berkat imajinasi, lahir berbagai hal yang awalnya dianggap gila, tetapi justru kini menjadi tidak terpisahkan dari sendi-sendi kehidupan. Imajinasi merangsek ke dalam berbagai sektor mulai dari seni, hukum, pendidikan, teknologi, tak terkecuali industri.
Berterima kasihlah kita kepada James Watt, sang penemu mesin uap yang mendorong revolusi industri di abad ke-18 untuk pertama kalinya. Akibat imajinasi gilanya, ia mendesain mesin uapnya sendiri yang efektif sekaligus efisien. Usai berkutat dengan ide-idenya, eureka! Ia berhashil. Penemuannya ini kemudian digunakan oleh masyarakat luas.
Lihatlah. Dengan imajinasi (yang diwujudkan dengan percobaan dan kerja nyata), revolusi industri bahkan sudah melewati beberapa masa. Pertama, revolusi 1.0 dengan penemuan mesin uap, disusul revolusi 2.0 berupa penemuan tenaga listrik, revolusi 3.0 penemuan komputer dan robot, serta revolusi terbaru: revolusi 4.0.
Revolusi industri 4.0 merupakan tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi internet dengan penggunaan mesin. Keduanya berkolaborasi dengan begitu apik, menciptakan berbagai kemudahan dalam hidup kita. Revolusi inilah yang mengubah seluruh bidang kehidupan manusia.
Sebagai makhluk generasi Z, kehidupan saya begitu tertolong oleh perkembangan teknologi. Jika zaman dahulu orang susah payah berkomunikasi lewat surat, bahkan melalui burung merpati, sekarang kita hanya perlu menggenggam gawai dan pesan pun dapat terkirim hingga ke belahan bumi lain.
Ah, saya berimajinasi lagi. Saya belum pernah mengirim barang sejauh itu. Meskipun begitu, saya pernah menerima paket belanjaan dari luar negeri, tertolong oleh perkembangan industri jual-beli serta logistik yang memadai.
Berbicara tentang industri jual-beli, sektor ini pun tak lepas 'ketiban' kemajuan teknologi. Saya masih ingat, bertahun-tahun lalu, saat industri jual-beli online tak semarak saat ini, saya hanya bisa merengek kepada orang tua ketika ingin membeli barang. Berharap orang tua akan mengantar saya.
Dewasa ini, kita bahkan tak perlu repot-repot beranjak dari kasur. Cukup nyalakan gawai, buka internet, pilih barang yang kita inginkan, lalu pesanlah. Benda yang diimpikan pun tiba. Tak perlu lagi yang namanya menyisihkan waktu dan tenaga untuk menjelajahi barang secara langsung. Semua jadi benar-benar mudah.
Akibat imajinasi, saya pun berpikir: masa' saya hanya ingin menjadi konsumen untuk selamanya?