Tampaknya filsafat progresivisme menuntut kepada para penganutnya untuk selalu maju (progres): bertindak secara konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab naluri manusia selalu menginginkan perubahan-perubahan. Manusia tidak mau hanya menerima satu macam keadaan saja, tetapi juga ingin hidupnya tidak sama dengan masa sebelumnya (Jalaluddin & Idi 2012: 88). Untuk mendapatkan perubahan-perubahan yang diinginkan tersebut, manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, dan tidak terikat doktrin-doktrin tertentu), memiliki sifat toleran, curious (ingin mengetahui dan menyelidiki), dan open- minded (punya pikiran terbuka).
Â
Selain itu, filsafat progresivisme juga memiliki dua sifat lain yang sangat mendasar dalam rangka mendapatkan perubahan- perubahan itu, di antaranya: (1) sifat negatif, dalam arti bahwa, progresivisme menolak otoriterianisme dan absolutime dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi, (2) sifat positif, dalam arti bahwa progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia sejak ia lahir -- man's natural powers. Maksud kekuatan tersebut adalah kekuatan--kekuatan manusia untuk terus melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul, dan kegawatan- kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam. Filsafat progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, yakni kekuatan yang diwarisi manusia sejak lahir. Maksudnya manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan atau potensi dasar, terutama daya akalnya, sehingga manusia dapat mengatasi seluruh problematika kehidupannya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan yang timbul dari lingkungan hidupnya.[6]
Â
Prinsip Dasar Progresivisme
Selanjutnya menurut Assegaf (2013) prinsip-prinsip dasar progresivisme adalah sebagai berikut ini:
Pendidikan itu seharusnya "kehidupan" itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
Belajar harus dikaitkan secara langsung dengan minat anak.
Belajar melalui pemecahan masalah (problem solving) harus didahulukan dari pada pengulangan mata endidika secara ketat.
Peran guru bukan untuk menunjukkan, tapi membimbing.
Sekolah mesti meningkatkan endi kerja sama, bukan bersaing.