Â
Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme adalah aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar upaya untuk menanamkan himpunan pengetahuan kepada siswa, tetapi harus mencakup berbagai kegiatan yang mengarah pada pelatihan keterampilan berpikir siswa secara keseluruhan.Â
Hal ini dihubungkan secara sistematis dengan metode ilmiah dan dapat dibayangkan seperti menyediakan berbagai data empiris dan informasi teoritis dan memilih alternatif yang paling mungkin untuk memecahkan masalah yang  dihadapi. Keterampilan berpikir yang baik memungkinkan siswa mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya dan komunitasnya serta  mudah beradaptasi dengan lingkungannya (Muhdayayeli, 2013).
Â
Progresivisme mengakui prinsip-prinsip kemajuan dan berupaya mengembangkannya dalam semua realitas kehidupan sehingga masyarakat dapat bertahan dalam semua tantangan kehidupan. Disebut instrumentalisme karena aliran ini memandang kemampuan kecerdasan manusia sebagai alat untuk hidup, sejahtera, dan berkembangnya kepribadian manusia. Aliran ini juga disebut eksperimentalisme karena mengakui dan mempraktikkan prinsip-prinsip eksperimen untuk menguji kebenaran teori. Dan aliran ini disebut aliran lingkungan hidup karena meyakini bahwa hidup di lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian (Jalaluddin & Idi, 2018).[3]
Â
Filosofi pendidikan progresif ini  dicetuskan oleh  filsuf Amerika  John Dewey, yang percaya bahwa sekolah yang mengadopsi pendekatan progresif adalah bentuk protes terhadap pendidikan  otoriter. Filosofi ini menekankan nilai-nilai humanistik berdasarkan kenyataan bahwa pendidikan harus didorong  dari dalam oleh esensi, pengembangan pribadi yang mandiri, dan kepentingan siswa (Vaughan, 2018). Filosofi pendidikan progresif didasarkan pada filosofi yang mengutamakan berbagai jenis kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan masalah dalam mengembangkan sumber daya manusia yang matang, produktif, dan kompeten.[4]
Â
Filsafat progresif memandang pendidikan  sebagai upaya yang disengaja untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan siswa (Barnadib, 2000, p. 97). Parameter kualitas  proses pembelajaran dapat diamati melalui kualitas peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan tersebut. Sebagai  aliran  filsafat, filsafat progresif hadir sebagai reaksi terhadap pola pendidikan tradisional yang menekankan metode formal, pembelajaran spiritual (psikologi), dan literatur klasik peradaban Barat.Â
Filsafat pendidikan progresif mendukung gerakan-gerakan baru yang dianggap lebih baik bagi perkembangan pendidikan di masa depan. Filsafat progresif mendorong siswa untuk menjadi kreatif, inovatif, produktif, dan progresif. Untuk mencapai perubahan, siswa harus mempunyai pandangan hidup yang berdasarkan pada faktor-faktor yang fleksibel. Dengan kata lain bersifat toleran dalam arti tidak kaku, tidak menentang perubahan, tidak terikat pada ideologi tertentu, dan menerima keberagaman.[5]
Â