Mohon tunggu...
vierazahrul
vierazahrul Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - siswa sekolah

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". -Ali bin Abi Thalib-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangan di Atas

9 Desember 2024   11:41 Diperbarui: 9 Desember 2024   12:49 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yandi terdiam, rasa penyesalan yang mendalam merasuki hatinya.

"Apakah masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya, malaikat?" tanyanya, suara penuh harapan.

Malaikat itu tersenyum lembut.

"Selama kamu masih hidup, selalu ada kesempatan untuk berubah, Yandi. Tetapi ingat, perubahan itu harus datang dari hati yang tulus, bukan sekedar penyesalan belaka."   

Dengan hati yang berat, Yandi mengangguk, bertekad untuk mulai memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah ia buat. Ia tahu bahwa perjalanan untuk mendapatkan kembali kebaikan di dalam hidupnya tidak akan mudah, tetapi ia juga tahu bahwa langkah pertama adalah yang paling.

      Meskipun Yandi dan Yudis berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka dapat saling mengenal melalui sebuah pertemuan tak terduga yang terjadi di suatu waktu. Pada awalnya, mereka memang tidak pernah bertemu, bahkan mereka memiliki perbedaan agama dan budaya yang cukup signifikan. Namun, kehidupan sering kali mempertemukan orang-orang dari berbagai latar belakang dalam cara yang tidak terduga.

     Setelah Yandi terbangun dari tidurnya yang penuh penyesalan, hati dan pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah yang mendalam. Mimpinya tentang dua istana yang kontras dan penjelasan malaikat tentang akibat dari tindakannya terhadap Jaenal benar-benar menyadarinya. Ia merasa telah berbuat salah besar dengan menolak meminta bantuan, dengan bersikap angkuh dan tak peduli terhadap penderitaan orang lain.

Dengan penuh penyesalan. Yandi segera berpikir tentang cara untuk menebus kesalahannya. Ia teringat pada Yudis, pria yang telah membantu Jaenal tanpa pamrih dan yang telah menunjukkan sikap yang jauh berbeda dari dirinya. Yandi tahu bahwa jika ada satu orang yang bisa memberinya petunjuk untuk memperbaiki semuanya, itu adalah Yudis. Tanpa berpikir panjang, Yandi memutuskan untuk pergi menemui Yudis, berharap ia bisa menebus kesalahan dan membayar kebaikan yang telah Yudis berikan kepada Jaenal.

     Sesampainya di rumah Yudis, Yandi mengetuk pintu dengan perasaan cemas. Yudis membuka pintu dengan senyuman ramah, namun Yandi bisa melihat sedikit keraguan di wajahnya. Tanpa basa-basi, Yandi langsung mulai berbicara dengan suara penuh penyesalan.

"Yudis, saya datang untuk meminta maaf dan berbicara tentang hal yang sangat penting. Setelah mimpi saya alami, saya merasa sangat bersalah, saya menyesal telah bersikap kasar dan mengabaikan Jaenal. Saya tahu saya telah melukai hatinya. Saya ingin membayar semua yang telah kamu berikan kepadanya. Saya ingin mendapatkan keberkahan yang kamu berikan untuk membantu Jaenal. Saya ingin memberikan sebagian dari hartaku sebagai tanda penebusan dan terima kasih."

Yudis mendengarkan dengan seksama, tetapi tidak segera memberikan jawaban. Ia menatap Yandi dengan tatapan yang penuh perhatian, namun ada keraguan di matanya. Setelah beberapa saat hening, Yudis berkata dengan tenang, namun tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun