"Apakah ini... ini akibat dari apa yang aku lakukan kepada Jaenal?"
Tanyanya, suaranya penuh penyesalan.
Malaikat itu mengangguk perlahan.
"Ya, perbuatanmu yang buruk telah membawa dampak pada kamu merasakan akibatnya. Istana yang gelap ini melambangkan kehidupan penuh penderitaan yang datang akibat ketidakpedulian dan kesombongan."
Yandi merasa hatinya semakin sesak, namun malaikat itu melanjutkan,
"Namun, ada orang lain, seseorang yang berbeda dari dirimu. Yudis, temanmu yang pernah kamu anggap remeh, kini hidup dalam istana yang terang benderang itu. Dia, yang selalu membantu orang lain meski hanya dengan sedikit, hidup dalam berkah dan kebahagiaan. Perbuatannya yang tulus telah membawanya ke jalan yang penuh keberuntungan."
Yandi menatap ke arah istana yang indah itu, dan bayangan Yudis muncul dalam pikirannya. Yudis, yang selalu murah hati, yang tak pernah menolak bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan, kini hidup dalam kebahagiaan yang luar biasa.
"Jadi, dia benar-benar bahagia karena kebaikannya?"
Tanya Yandi hampir tidak percaya.
"Benar," jawab malaikat itu dengan lembut.
"Dia telah memilih jalan yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian terhadap sesama, dan itu membawanya pada kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang dipenuhi dengan ketidakpedulian hanya akan membawa penderitaan."