Mohon tunggu...
Vidrio Pradipta
Vidrio Pradipta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Menyukai membaca sebuah puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendapatkan dan Kehilangan

30 Juni 2023   14:20 Diperbarui: 30 Juni 2023   14:25 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Terima kasih, bagaimana interviewmu tadi?" Tiba-toba dia bertanya seperti itu seolah-olah kita teman dekat.

" Ya, lumayan bisa saya handle. Lalu bagaimana denganmu?" Tanyaku balik.

" Aku merasa sedikit takut, jadi membuatku panik saat mengerjakannya. Tapi semua baik-baik saja. Kamu tau, penguji tes interview kali ini berwajah sedikit menakutkan. Membuat siap saja merasa terintimidasi." Ucapnya.

" Sepertinya." Jawabku singkat. Sepertinya pria ini akan mudah mendapatkan teman, karena lihatlah dia. Berbicara denganku seperti sudah kenal, namaku saja dia tidak tahu. Tapi tidak apa, aku jadi tidak merasa sendirian di kedai ini.

Akhirnya setelah makan, aku kembali ketempat interview tadi. Aku tidak ingin telat. Aku terus saja berdo'a supaya mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapanku. Aku tidak memikirkan apapun, aku hanya fokus dengan hasil yang akan di berikan ini.

Sehingga tiba saatnya, seorang pria ber jas menjelaskan bahwa hanya 4 orang dari 10 pelamar yang akan di terima. Membuat suasana semakin tegang. Aku terus saja merapalkan doa-doa. Satu persatu nama di sebutkan hingga satu nama terakhir yang belum di sebut, aku hanya diam dan fokus pada pria ber jas itu.

" Dan terakhir nama yang di terima di perusahaan ini adalah Kevin Pratama. Silahkan yang namanya di sebut masuk ke dalam ruangan interview tadi untuk tanda tangan."

Setelah mendengar itu aku merasa kelegaan yang luar biasa. Aku langsung berdiri dengan wajah yang bahagia dan tersenyum lebar. Saat memasuki ruangan interview, ternyata aku dan yang lain hanya di minta tanda tangan kontrak. Dan senin depan sudah bisa mulai bekerja. Saat itu aku merasakan kebahagian, aku merasa beruntung sekaligus tidak percaya aku bisa bekerja di perusahaan ini.

Setelah selesai tanda tangan, aku pergi untuk pulang. Tapi aku mampir dulu di sebuah kafe, aku ingin merayakan keberhasilanku. Aku hanya memesan kopi dan memesan cake untuk aku bawa pulang dan memakannya bersama Ibu.

Aku ingat belum mengabari Ibu, apa Ibu sudah makan dan meminum obat. Jika Ibu masih merasa sakit mungkit saat aku pulang aku akan langsung mengantarnya kerumah sakit.

Saat aku membuka handphoneku ku lihat ada 10 panggilan tak terjawab dari Ibu. Aku memang sengaja mensilent handphoneku. Agar aku fokus saat interview tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun