"Vin, kamu bisa pulang dulu tidak?" Ibu balik bertanya kepadaku.
" Engga bisa bu, aku sedang melakukan interview." Tolakku
"Ibu merasa tidak enak badan Vin, Ibu ingin ke rumah sakit." Suara ibu sudah terdengar bergetar.
Mendengar itu aku merasakan kebimbangan. Aku ingin mengantar Ibu ke rumah sakit, karena mungkin Ibu merasa benar-benar sakit. Biasanya jika Ibu sakit, Ibu tidak pernah mengeluh dan meminta di bawa kerumah sakit. Tapi di satu sisi ini kesempatan aku untuk mendapatkan pekerjaan, apalagi di kantor yang banyak orang idamkan.
Aku benar-benar di buat dilema. Tak aku hiraukan panggilan telpon dari Ibu.
Kemudian saatnya giliran aku untuk masuk ke dalam, dan melakukan interview. Aku mencoba merileksasikan tubuhku. Aku mencoba membuat nyaman pikiranku.
Interview ini sungguh menegangkan, berbeda dengan interview di kantorku sebelumnya.
Pertanyaan demi pertanyaan aku jawab dengan baik, aku mencoba tidak menunjukan rasa gugup dan tegang. Bahkan aku merasa tes saat interview ini lumayan mudah di banding perkiraanku. Membuat aku percaya diri. Tes ini seperti pekerjaanku di kantor sebelumnya. Yaitu membuat desain. Sehingga aku tidak merasa kesulitan saat mengerjakannya.
Interview dan tes sudah selesai. Jadi aku dan yang lain hanya tinggal menunggu untuk hasilnya. Aku di beri waktu istirahat sekitar dua jam, sehingga aku memilih mengisinya dengan makan di salah satu kedai di depan kantor tersebut.
" Hai.. boleh saya bergabung?" Tanya seorang pria berpakaian seperti aku, yaitu pelamar pekerjaan.
" Ya boleh, silahkan." Jawabku sambil berdiri untuk mempersilahkan dia duduk bergabung denganku.