Konon tidak banyak yang bisa menguasai bela diri ini. Tidak sembarang orang yang mampu mempelajari Sundang Majapahit, lantaran saking saktinya. Mahesa Anabrang lantas menurunkan ilmunya tersebut pada keturunannya yang bernama Adityawarman.
Dari Adityawarman inilah Sundang Majapahit kemudian disebarkan ke pasukan-pasukan Kerajaan Majapahit, juga kerajaan bawahannya seperti Dharmasraya yang ada di Sumatera, Bugis Gowa, dan Sulu yang ada di Filipina. Perlu diteliti juga, apakah sampai juga di Kerajaan Brunei-Sabah sebagai wilayah bawahan Majapahit juga.
Seni bela diri merupakan salah satu ragam kesenian yang menitikberatkan pada pertahanan, perlindungan dan pembelaan terhadap dirinya sendiri.
Pada zaman kuno sebelum adanya persenjataan modern, manusia tidak memikirkan cara lain untuk mempertahankan dirinya selain dengan tangan kosong. Pada saat itu, kemampuan bertarung dengan tangan kosong dikembangkan sebagai cara untuk menyerang dan bertahan, selain digunakan untuk meningkatkan kemampuan fisik atau badan seseorang.
SUMBER INSPIRASI SASTRA MODERN
Hal-hal semacam itu, tentu merupakan bahan yang amat sempurna untuk dipakai sebagai bahan baku penulisan sastra modern dalam bentuk novel sejarah, atau Puisi Esai 4 ) yang berbentuk puisi panjang dan dilengkapi catatan kaki alias footnotes.
Saya ( Viddy Ad Daery ) telah memulai upaya itu dengan menulis siri "Pendekar Sendang Drajat" ( PSD ) dengan mengambil sedikit banyak latar pelayaran Bangsa Brunei-Sabah-Filipina dalam siri yang berjudul "MISTERI KAPAL BRUNEI di GRESIK" dan lanjutannya "MISTERI PORTUGIS ISLAM di ISTANA MENGANTI". 5 )
Meskipun hal ini bukan hal yang pertamakali dilakukan seorang kreator / sastrawan, namun menurut saya cukup langka.
Dalam naskah "Hikayat Hang Tuah" 6 ) juga ada dikisahkan utusan Sultan Malaka menghantar pulang seorang Pangeran Brunei melalui perjalanan laut tentunya, namun nampaknya laluan laut yang dilewati adalah Laut Natuna alias Laut China Selatan sekarang. Pangeran Brunei bernama Adipati Solok itu --( apakah itu ada hubungannya dengan Solok Sumatera ? ataukah justru berhubungan dengan Sulu Filipina ? ) --dengan kenakalan remajanya, dengan iseng mengganggu pelayaran Laksamana Hang Tuah yang sedang berlayar ke Majapahit. Dengan mudah Pangeran Brunei itu dikalahkan oleh Laksamana dan diperhadapkan ke Sultan Malaka. Namun Sultan Malaka mengampuninya karena hubungan baik dengan Sultan Brunei. Maka Pangeran Brunei itu dihantar pulang ke Brunei, malahan Sultan Malaka juga menitip bingkisan oleh-oleh kepada Sutan Brunei.
Dalam buku "Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" , 7 ) Prof. Slamet Mulyana juga menulis bahwa para Sunan di Jawa merupakan aktifis agama aliran madzab Hanafi ( ulama ) yang datang dari Champa dan China selatan, yang mana laluannya tentu laut Sulu Filipina. Bahkan Sunan Ampel beristerikan Nyai Gede Manila yang tentunya puteri seorang pembesar Kerajaan Manila sebelum penjajah Spanyol menjajah Filipina.
Seorang sarjana Filipina , Noel Teodaro, dalam buku antologi karya ilmiah "Panggung Sejarah" ( Yayasan Obor , 2011 ) Â 8 ) juga menulis artikel yang menghimbau agar diadakan kajian-kajian khusus hubungan Jawa dengan kawasan Filipina termasuk Brunei dan Sabah.