Mohon tunggu...
Vico Mr Bean
Vico Mr Bean Mohon Tunggu... Editor - Biodata lengkap

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW ala Bung Karno, Momen Pilkada Santun, Riang nan Gembira

16 September 2024   13:36 Diperbarui: 16 September 2024   13:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto, Ahmad Junaedi Karso (dokumen pribadi), Senin (16/9/2024).


Dalam Al-Quran, banyak ayat yang memerintahkan umat Muslim untuk berbuat adil dan membantu mereka
yang membutuhkan.


6. Perjuangan untuk Kebaikan Bersama (Jihad dalam Makna Luas)


Jihad, dalam makna yang lebih luas, adalah upaya untuk memperjuangkan kebaikan bagi diri sendiri dan masyarakat. Nabi Muhammad menekankan pentingnya berjihad bukan hanya dalam konteks peperangan, tetapi juga dalam perjuangan untuk meningkatkan kualitas diri dan masyarakat secara moral dan sosial.


Pancasila harus menjadi nilai-nilai yang hidup di masyarakat dengan pendekatan dialogis dan interaktif. 

Pendekatan ala tangan besi, diganti dengan tangan-tangan yang merangkul, bukan memukul, sesama anak bangsa.


1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dijalankan melalui Kemanusian Yang Adil dan Beradab, sehingga terwujud Persatuan Indonesia, di mana segala problematika dan dinamika anak bangsa sebagai Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, untuk melahirkan program kerja yang konkret guna menjamin Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Tidak bisa kita melaksanakan sila pertama dan kedua, kalau ujungnya hanya akan memecah belah anak bangsa, bukan malah menyatukannya, seperti dikehendaki sila ketiga.


Bahkan secara singkat, aplikasi Ketuhanan Yang Maha Esa harus mengerucut pada Keadilan Sosial, bukan
untuk golongan tertentu, melainkan untuk Seluruh Rakyat Indonesia.
Satu kesatuan dan saling keterikatan kelima sila membawa kita pada kemustahilan ada pelaksanaan ajaran
agama yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, namun dilaksanakan dengan ketidakadilan dan kebiadaban.

Foto, Presiden Republik Indonesia ke-1, Ir Soekarno saat pidato bahasa Indonesia pertama kali dalam sejarah Indonesia, sumber foto: dokumentasi, Tribu
Foto, Presiden Republik Indonesia ke-1, Ir Soekarno saat pidato bahasa Indonesia pertama kali dalam sejarah Indonesia, sumber foto: dokumentasi, Tribu


Kearifan Ir. Soekarno, bersama pendiri bangsa lainnya, mampu mengumpulkan keping sejarah dan filosofi anak bangsa dalam satu rangkaian indah yang diproyeksikan bersama menjadi ideologi bangsa. Pilihan diksi kelima sila itu juga luar biasa. Ambil contoh kata adil dalam sila kedua dan kelima. 

Pada sila kedua, kata adil disambungkan dengan kata beradab. Ini menunjukkan bahwa adil saja tidak cukup. Sama rata saja tidak cukup untuk bangsa kita. Kita
juga harus mewujudkan adil dalam konteks kebudayaan. Sama rata tidaklah otomatis menjadi adil, bila tidak disambung dengan sama rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun