Barangsiapa menabur dalam Roh
Ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
Jangan jemu-jemu berbuat baik,
Karena apabila sudah datang waktunya, akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah
Selama masih ada kesempatan,
Kita berbuat baik kepada semua orang,
Terutama kepada kawan-kawan seiman
(Surat untuk Orang-orang Galatia 6 ayat 1-10)
Pernahkah kita mendengar seruan seperti ini?
- Â "Are You Samaritan?"
- "Are You Galatians?"
- Atau, ungkapan lain yang sejenis, seperti "Su talalu kaya ko,?" "Jang jadi Sinterklas do!"
Ya, ungkapan seperti itu, biasanya muncul atau datang dari Seseorang yang melihat sesamanya -teman, saudara, sanaknya- begitu ringan mengulurkan tangan (untuk) membantu serta menolong orang lain (yang kekurangan, kurang beruntung, terlupakan, tersingkir, papa, dan tak berdaya).
Penggunaan frasa Samaritan (Orang Samaria) dan Galatians (Orang-orang Galatia) sebagai rujukan bahwa mereka telah melakukan hal-hal mulia terhadap orang lain tanpa memandang batas-batas etnisitas, agama, golongan, bangsa, suku, sub-suku, serta tembok-tembok pemisah lainnya. Itu ada role model dari masa lalu hingga era kekinian.
Khususnya, "Bagaimana dengan Orang-orang Galatia?"
Agaknya, sebelum menerima binaan, bimbingan, serta surat dari Rasul Paulus, mereka, orang-orang Samaria, tersebut memiliki sifat dan sikap pementingan diri sendiri, egois, pelit, kikir, angkuh, suka nilai orang lain. Dan hal-hal lain yang tidak sesuai nilai hidup serta kehidupan dalam komunitas.
Oleh sebab itu, Rasul Paulus, pada bagian Surat yang dikirim ke Orang- orang Galatia, menekankan mereka agar melakukan restorasi serta revolusi diri sendiri. Itu sebagai suatu keharusan pada diri seseorang telah mendapat pemulihan rohani dari Tuhan, mengimani, dan merasakan karya keselamatan dari-Nya.
Dengan itu, setelah menerima pesan Rasul Paulus, Orang-orang Galatia berani merobah diri, total berubah, sehingga menjadi teladan, pada banyak hal, di area serta arena hidup dan kehidupan sehari-hari.