Saudara-saudara!
Jika seorang melakukan suatu pelanggaran
Maka yang rohani, harus memimpin orang tersebut ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga diri agar tidak kena pencobaan
Bertolong-tolongan menanggung beban sesamamu, karena itu memenuhi hukum Kristus
Jika seseorang menyangka, bahwa dirinya berarti, padahal sama sekali tidak, maka ia menipu diri sendiri
Tiap-tiap orang menguji hasil kerjanya sendiri, sehingga boleh bermegah
Bukan menilai karya orang lain, sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri
Kita yang menerima pengajaran dalam Firman
Maka kita membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu
Jangan sesat!
TUHAN Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan
Karena yang ditabur orang, itu yang akan dituai
Sebab
Barangsiapa menabur dalam dagingnya
Ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya
Barangsiapa menabur dalam Roh
Ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh
Jangan jemu-jemu berbuat baik,
Karena apabila sudah datang waktunya, akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah
Selama masih ada kesempatan,
Kita berbuat baik kepada semua orang,
Terutama kepada kawan-kawan seiman
(Surat untuk Orang-orang Galatia 6 ayat 1-10)
Pernahkah kita mendengar seruan seperti ini?
- Â "Are You Samaritan?"
- "Are You Galatians?"
- Atau, ungkapan lain yang sejenis, seperti "Su talalu kaya ko,?" "Jang jadi Sinterklas do!"
Ya, ungkapan seperti itu, biasanya muncul atau datang dari Seseorang yang melihat sesamanya -teman, saudara, sanaknya- begitu ringan mengulurkan tangan (untuk) membantu serta menolong orang lain (yang kekurangan, kurang beruntung, terlupakan, tersingkir, papa, dan tak berdaya).
Penggunaan frasa Samaritan (Orang Samaria) dan Galatians (Orang-orang Galatia) sebagai rujukan bahwa mereka telah melakukan hal-hal mulia terhadap orang lain tanpa memandang batas-batas etnisitas, agama, golongan, bangsa, suku, sub-suku, serta tembok-tembok pemisah lainnya. Itu ada role model dari masa lalu hingga era kekinian.
Khususnya, "Bagaimana dengan Orang-orang Galatia?"
Agaknya, sebelum menerima binaan, bimbingan, serta surat dari Rasul Paulus, mereka, orang-orang Samaria, tersebut memiliki sifat dan sikap pementingan diri sendiri, egois, pelit, kikir, angkuh, suka nilai orang lain. Dan hal-hal lain yang tidak sesuai nilai hidup serta kehidupan dalam komunitas.
Oleh sebab itu, Rasul Paulus, pada bagian Surat yang dikirim ke Orang- orang Galatia, menekankan mereka agar melakukan restorasi serta revolusi diri sendiri. Itu sebagai suatu keharusan pada diri seseorang telah mendapat pemulihan rohani dari Tuhan, mengimani, dan merasakan karya keselamatan dari-Nya.
Dengan itu, setelah menerima pesan Rasul Paulus, Orang-orang Galatia berani merobah diri, total berubah, sehingga menjadi teladan, pada banyak hal, di area serta arena hidup dan kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan dirimu dan diriku?
(Dari Opa Jappy | Indonesia Hari Ini)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H