Mohon tunggu...
sastrabiru
sastrabiru Mohon Tunggu... GURU -

Pak Guru. kurang piknik, kelebihan ngopi.~

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Cerpen] Menanam Kurma di Kebun Kopi

12 November 2016   13:23 Diperbarui: 15 November 2016   10:03 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam diam, Rhoziq masih memendam angkuh, terlebih statusnya sebagai sarjana cetakan Negeri Ibnu Saud. Ia duduk tepat ditentang Ama'nya yang kian lisut dimakan usia --yang tinggal butuh satu dasawarsa lebih untuk mencapai satu abad. Dua cangkir kopi hangat yang dihidang Ina' masih berdiam diatas meja, bahkan belum tersesap walau sekali.

"Slurrrppppppp....", Ama' Oyang akhirnya membuka seruput pertama. Kopi yang kian dingin itu kini berkurang setengah.

"Lantas apa dasar mu hingga segila anjing mau membabat seluruh pohon kopi tak berdosa itu dan mengganti dengan pohon-pohon kurma yang kau cita-citakan itu?", Ama' Oyang memulai lagi.

Sekonyong-konyong, Rhozieq tanpa pamit melesat ke kamar hanya untuk kembali lagi ke bangku yang sama.

"Ini Pak!", Rhozieq menunjukkan sebuah buku yang judulnya bertuliskan huruf-huruf arab gundul. Matanya melotot, dan telunjuknya yang mengarah ke judul buku, gemetaran. Semacam dirundung tremor yang akut.

"Arti judul buku ini, 'Dengan Kurma Anda Bisa Kaya Raya'. ini buku pemberian Raja Saudi saat acara pelepasan alumni asal Indonesia. Dan Ama', saya satu-satunya yang mendapat buku ini. Satu-satunya Ma', satu-satunya." Tegas Rhozieq, penuh keyakinan. Semacam habis mendapat hidayah langsung dari langit, tanpa perantara.

"Lantas, selanjutnya apa?",

Ama' Oyang menanggapi dengan sikap dingin. Laku sebagai orang tua yang setia mawas diri terhadap segala coba-coba. Maklum, Ama' Oyang adalah satu dari dua orang sisa-sisa jaman Permesta yang masih dikaruniakan usia langgeng: yang artinya ia sudah cukup kaya dengan tabungan manis-asam-pahit kehidupan. Ia dan Aki Irun, adalah kamerad semasa di Permesta yang kini menyandang gelar tetua kampung. Dua orang tua sisa-sisa zaman yang pernah bersinggungan langsung dengan momentum Proklamasi, Orde Lama, Gestapu, Tangan Besi Orba, hingga kini masih sering ngopi di depan tivi sehabis subuh dan maghrib untuk menonton kegaduhhan Pilkada DKI, dan tentu melihat bagaimana ngerinya Habib Rizieq untuk NKRI. Tentu dalam tua-nya, Ama' Oyang sudah khatam atas segala coba-coba. Dari yang diselimuti tipu-daya, hingga yang betul-betul tujuannya mulia.

"Begini Ama'....", Rhoziq menyeruput kopi yang sudah lewat sejam belum tersentuh bibir cokelatnya itu. Ia membuka lembaran pertama, dan memulai dengan suara baritonnya: rendah, dan dingin, ala-ala Mertua Anisa Pohan. Ia membuka kuliah sepi di ruang tengah bait kecil hunian mereka dengan kutipan bahasa arab yang artinya, "dengan menanam sebatang pohon kurma, anda telah setara petani yang menanam sejuta pohon sawit".

Setelah itu ia berdiri. Sekelabat kesombongan Akademis-nya (terlebih sebagai lulusan Negeri Padang Pasir), membuatnya silap akan laku santun cara semestinya berbicara dengan orang tua.

Dari situlah Rhozieq membuka kuliah singaktnya tentang kurma. Rhozieq menjabarkan panjang lebar isi buku yang di genggamnya penuh erat. Segala macam istilah yang asing di telinga Ama'nya, ia obral tanpa harga. Mulai dari sejarah kurma; pengembangan kurma dengan cara termurah; rasio kelamin yang tak menguntungkan; metode anakan atau offshot; kurma betina dan hermaprodit; proses kultur jaringan; sex ratio bibit kurma; kurma kuljar yang mahal hingga yang versi murah; hingga sampai ke awan angan-angan membeberangkatkan Ama' dan Ina'nya pergi haji jika kurma itu menyulapnya jadi petani kaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun