Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... Penulis - Food blogger Indonesia

Saya melakukan food blogging di http://vickyfahmi.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kesan-kesan Ikut #SamberTHRKompasiana

8 Mei 2021   17:25 Diperbarui: 8 Mei 2021   17:29 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akhirnya bisa nulis setelah mikir, "Sudahlah, dibilang artikelnya membosankan pun nggak apa-apa. Yang penting bisa ikut lomba Samber THR selama 30 hari sampai selesai.." Dan begitulah akhirnya saya balik ke metode lama saya yang jadi andalan: Yaitu menulis kayak orang ngobrol..

2. Belajar Platform Kompasiana Lagi

Sebenarnya saya udah nulis di Kompasiana pada tahun 2010. Tapi, saat itu, saya sedang konsentrasi dengan pekerjaan di luar Kompasiana, memaksa saya memberi prioritas belakangan untuk menulis di Kompasiana. Alhasil jadilah akun saya di Kompasiana telantar, dan saya lupa password Kompasiana saya.

Saya baru tahu Kompasiana ganti sistem habis-habisan ketika tahun lalu beberapa teman mengajak saya menulis di Kompasiana lagi. Semula ogah karena saya harus bikin akun baru lagi, mengarang password baru (Tuhan, saya benci banget ngarang password!). 

Akhirnya saya paksakan membuka akun baru dan menulis artikel baru. Sampai kemudian, saya mencoba ikut Samber THR Kompasiana, karena alasan nomor 1 di atas. 

Hal menantang dari maraton ala Samber THR Kompasiana ini, adalah artikel yang sudah dipencet Tayang tidak boleh diedit! 

Haah? Saya sudah biasa ngeblog di blog pribadi, dan kesibukan saya tiap hari adalah rombak artikel yang sudah ditayangkan bertahun-tahun lalu, kemudian  saya edit untuk direlevansikan dengan situasi sekarang. Lha kalau artikel di Kompasiana itu nggak boleh diedit untuk keperluan relevansi, lantas bagaimana?

Memangnya saya cuma menulis buat hari ini doang? Enggak lah, saya menulis untuk dibaca kembali pada 5-10 tahun lagi.

Mau nggak mau, tiap kali saya menulis artikel, sebelum Tayang, saya proofing lagi, edit ulang, proofing lagi, sampai saya mual sendiri mengeditnya. Akhirnya pencet Tayang, sambil berdoa, semoga kalau ternyata artikel ini tayang 10 tahun lagi, anak saya nggak akan sampai malu melihat ibunya menulis seenak udelnya sendiri.

dokpri
dokpri

3. Bekerja dalam Tekanan

Problem saya dalam menulis adalah..terlalu perfeksionis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun