"Iya sudah Del. Namanya juga kepepet. Bebi nggak maksud buat lupa."
Aku berdiri meluapkan amarah. "Apanya yang melebih-lebih kan? Kalau kamu jemput lebih cepat, aku nggak perlu dengar omongan yang nggak penting! Nggak perlu juga aku digangguin!" Aku pergi dari sana dan membiarkan nasiku dimakan lalat.
***
Aku kesal. Kenapa mereka membenciku. Nggak saudara, nggak teman. Sama saja. Mentang-mentang karena mereka punya kelebihan dibanding aku.
Aku telungkup di atas tempat tidur. Melampiaskan semua kekecewaanku. Kenapa mereka bisa seenaknya? Kalau mereka bisa begitu, memangnya aku tidak bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H