Dari ubun kepala yang teduhÂ
Kudapati ceritamu berbaring rapih pada selendang lokal buatan para leluhurÂ
Satu persatu kuamati
Mulai dari warna, bentuk, hingga pada cerita mati yang sempat kau baringkan dalam kepala,Â
Itulah cerita dan identitas kita
Mulai dari pagi saat kau kenakan selimut dingin menuju tungku api
Mencari sisah-sisah rindu yang berserakanÂ
Satu per satu kau ambilÂ
Dengan tangan dalam kepalaÂ
Lalu kau tempat di beranda Mata kamiÂ
Agar cerita leluhur tidak mati pada pangkuan duniaÂ
Perihal sejarah, kepala dan tubuh yang khasÂ
Kau berikan selendang yang terlalu pagi untuk dikenang
Saat kami mulai belajar berlari dan memungut sisah-sisah sajak  yang jatuh dari bibirmuÂ
Sungguh terlalu pagi saat kami sambut selendang dengan senyum pada rias wajah leluhur
Dan secerca harapan timbul dari bibir kehidupan
Ketika lelah menghantar pada beranda mata yang ingin saling bertemu
Antara dunia leluhur dan sekarangÂ
Lalu kita bersujud teduh pada keabadianÂ
Langgur, 13/09/23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H