Mohon tunggu...
Vian Tukan
Vian Tukan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita selendang leluhur

13 September 2023   15:05 Diperbarui: 13 September 2023   15:18 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari ubun kepala yang teduh 

Kudapati ceritamu berbaring rapih pada selendang lokal buatan para leluhur 

Satu persatu kuamati

Mulai dari warna, bentuk, hingga pada cerita mati yang sempat kau baringkan dalam kepala, 

Itulah cerita dan identitas kita

Mulai dari pagi saat kau kenakan selimut dingin menuju tungku api

Mencari sisah-sisah rindu yang berserakan 

Satu per satu kau ambil 

Dengan tangan dalam kepala 

Lalu kau tempat di beranda Mata kami 

Agar cerita leluhur tidak mati pada pangkuan dunia 

Perihal sejarah, kepala dan tubuh yang khas 

Kau berikan selendang yang terlalu pagi untuk dikenang

Saat kami mulai belajar berlari dan memungut sisah-sisah sajak  yang jatuh dari bibirmu 

Sungguh terlalu pagi saat kami sambut selendang dengan senyum pada rias wajah leluhur

Dan secerca harapan timbul dari bibir kehidupan

Ketika lelah menghantar pada beranda mata yang ingin saling bertemu

Antara dunia leluhur dan sekarang 

Lalu kita bersujud teduh pada keabadian 

Langgur, 13/09/23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun