Dari ubun kepala yang teduhÂ
Kudapati ceritamu berbaring rapih pada selendang lokal buatan para leluhurÂ
Satu persatu kuamati
Mulai dari warna, bentuk, hingga pada cerita mati yang sempat kau baringkan dalam kepala,Â
Itulah cerita dan identitas kita
Mulai dari pagi saat kau kenakan selimut dingin menuju tungku api
Mencari sisah-sisah rindu yang berserakanÂ
Satu per satu kau ambilÂ
Dengan tangan dalam kepalaÂ
Lalu kau tempat di beranda Mata kamiÂ
Agar cerita leluhur tidak mati pada pangkuan duniaÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!