Abstract Communication is an important element in career development, both when looking for work and in the world of work itself. The ability to speak politely and in accordance with the rules of the Indonesian language, as stipulated in the KBBI, is often considered a natural talent, even though this skill needs to be trained continuously. Awareness of the importance of good and correct language should be instilled from an early age, not only in adults but also in adolescents and children. Unfortunately, children's interest and awareness of language skills are still low due to the lack of attention from the environment, including parents and teachers. For this reason, the Socialization of Developing Indonesian Language Awareness at the Jakarta Creative Counseling House was held to increase children's awareness of the importance of good and correct Indonesian. This program aims to help children hone their language skills, increase their self-confidence, foster a love of language, and prepare for their future. It is hoped that this activity can support them in speaking in public more boldly and appropriately. Keywords: Awareness of the use of good and correct Indonesian, Socialization, Skills, Children, Improving understanding. Abstrak Komunikasi merupakan elemen penting dalam pengembangan karir, baik saat mencari kerja maupun dalam dunia kerja itu sendiri. Kemampuan berbicara yang sopan dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, seperti yang ditetapkan dalam KBBI, sering kali dianggap sebagai bakat alami, padahal keterampilan ini perlu dilatih secara berkesinambungan.Kesadaran akan pentingnya berbahasa yang baik dan benar seharusnya ditanamkan sejak dini, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada remaja dan anak-anak. Sayangnya, minat serta kesadaran anak-anak terhadap keterampilan berbahasa masih rendah akibat kurangnya perhatian lingkungan, termasuk orang tua dan guru. Untuk itu, kegiatan Sosialisasi Pengembangan Kesadaran Berbahasa Indonesia di rumah penyuluhan kreatif Jakarta diadakan guna meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap pentingnya bahasa Indonesia yang baik dan benar. Program ini bertujuan untuk membantu anak-anak mengasah keterampilan berbahasa, meningkatkan kepercayaan diri, menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa, serta mempersiapkan masa depan mereka. Diharapkan, kegiatan ini dapat mendukung mereka dalam berbicara di depan umum dengan lebih berani dan tepat. Kata Kunci: Kesadaran penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, Sosialisasi, Keterampilan,Anak-anak, Meningkatkan pemahaman.Â
1. PENDAHULUANÂ
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan elemen fundamental dalam komunikasi yang efektif, berperan penting dalam interaksi sosial, pendidikan, dan dunia kerja. Bahasa adalah salah satu media utama dalam berkomunikasi. dalam berinteraksi, kita harus menyesuaikan cara berbahasa sesuai dengan siapa kita bicara dan dengan kondisi yang ada (Fatimah, 2024). Namun, anak- anak yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah sering kali menghadapi tantangan serius dalam menguasai aspek ini. Salah satu faktor utama yang memengaruhi kesadaran mereka adalah peran orang tua yang kurang aktif dalam proses pendidikan anak-anak. Banyak orang tua di kalangan ekonomi rendah terjebak dalam rutinitas mencari nafkah, sehingga tidak memiliki cukup waktu dan perhatian  untuk mendidik anak-anak mereka, khususnya dalam penggunaan bahasa yang baik. Tanpa bimbingan yang memadai, anak-anak akan kesulitan untuk memahami pentingnya berbicara dengan sopan dan baik. Faktor-faktor seperti dukungan emosional dari orang tua dan guru, lingkungan yang aman, serta interaksi yang positif dapat berperan penting dalam mendukung perkembangan sosial-emosional anak (Prastyani, 2024). Akibatnya, kebiasaan berbahasa yang buruk dapat berlanjut hingga dewasa, mempengaruhi peluang pendidikan dan pekerjaan mereka di masa depan. Dengan memahami isu ini secara menyeluruh, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan berbahasa anak-anak dari keluarga dengan ekonomi rendah. Upaya ini tidak hanya akan berdampak positif pada perkembangan individual anak, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih beradab dan harmonis di masa depan. Melalui kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan kemampuan bahasa yang baik dan benar. Beberapa siswa mungkin tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di depan umum, seperti mengembangkan gagasan, menggunakan pilihan kata yang tepat atau menggunakan bahasa tubuh yang tepat. Tidak percaya diri seringkali menjadi penyebabnya. Jika seringkali menjadi penyebabnya. Jika seseorang tidak memiliki kepercayaan diri, mereka tidak akan bisa berbicara di depan umum maupun berbicara secara personal dengan jelas kepada orang lain. Rasa ketidak percayaan diri yang muncul pada anak bisa dikurangi dengan cara yang positif berupa bentuk apresiasi kepada mereka dan selalu ajarkan untuk bersosial bersama teman teman dengan dibantu oleh dorongan dari keluarga. Hal ini sebagai arti kita memberi semangat dan dukungan kepada mereka (Andika, 2023). Ketidakmampuan ini tidak hanya membatasi kemampuan mereka dalam berkomunikasi, tetapi juga menghambat peluang mereka untuk berkembang secara sosial dan akademis. Di dunia yang semakin kompetitif, kemampuan berkomunikasi dengan baik menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan. Oleh karena itu, pentingnya untuk memperhatikan perkembangan keterampilan berkomunikasi pada anak usia dini. Keterampilan berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan sosial anak, tidak hanya membantu anak dalam mencapai keberhasilannya didunia akademik, tetapi juga bagaimana kemampuan untuk diterima dalam lingkungan sosial tempat mereka berada (Inten, 2017). Masalah ini secara mendalam dan mencari solusi yang tepat melalui kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbahasa yang baik, dan memberikan anak- anak kesempatan untuk meraih potensi mereka secara maksimal.Â
2. TINJAUAN PUSTAKAÂ
a) Pengembangan Keterampilan Berbahasa Indonesia di Kalangan usia dini Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: intelegensi, status sosial sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dan kedwibahasaan (Syakir Abdul Azhim, 2011: 37).
Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. DEPDIKNAS (2000:15) menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini antara lain : a) Sebagai alat untukberkomunikasi denganlingkungan b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuanintelektual anak c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.Â
b) Metode Pembelajaran Bahasa yang Kreatif dan Interaktif Model pembelajaran interaktif untuk menyemai cinta pada bahasa Indonesia adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kasih sayang terhadap bahasa Indonesia pada siswa. Melalui penggunaan model pembelajaran interaktif, siswa akan diajak untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga mereka dapat lebih memahami dan menikmati bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa yang kreatif dan interaktif mengacu pada pendekatan di mana peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran, menggunakan kreativitas mereka, dan berinteraksi secara langsung dalam berbagai kegiatan berbahasa. Metode ini didasarkan pada teori constructivism yangmenekankan pentingnya partisipasi aktif dalam menciptakan pemahaman dan keterampilan berbahasa (Piaget, 1954; Vygotsky, 1978). Metode pembelajaran bahasa yang kreatif dan interaktif sangat penting untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa dengan cara yang menyenangkan dan melibatkan mereka secara aktif dalam proses belajar.Â
c) Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penggunaan Bahasa di Lingkungan Sosial Faktor seperti usia, latar belakang pendidikan, kebiasaan keluarga, dan lingkungan sosial mempengaruhi penguasaan bahasa seseorang. Studi oleh Tarigan (2008) menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung pembelajaran bahasa akan lebih memungkinkan individu untuk menggunakan bahasa secara baik dan benar dalam konteks sosial yang beragam. Terutama pada perkembangan bahasa anak usia dini adalah proses mempelajari dan memahami kosa kata dan bahasa orang-orang di sekitar Anda. Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang mendukung akan mempercepat stimulus anak dalam memahami penggunaan Bahasa yang Ia gunakan. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap tutur Bahasa yanganak serap dan tirukan, sehingga hal ini menjadi cukup riskan jika seorang orang tua tidak dapat memberikan contoh yang baik terhadap pemilihan Bahasa yang mereka gunakan di depan anak, hal ini juga menjadi riskan jika tidak hadirnya peran orang tua dan lingkungan sekitar yang mengawasi dan memberikan contoh yang baik terhadap anak. Kemampuan berbahasa awal seorang anak menentukan dapat atau tidaknya anak berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Anak usia dini sangat memerlukan stimulasi, keterampilan anak berkembang dengan baik dengan adanya stimulasi. Oleh karena itu, anak usia dini harus mempunyai lingkungan yang baik untuk perkembangan bahasanya. Menurut teori behavioristik, proses pemerolehan bahasa pertama pada anak dikendalikan oleh faktor eksternal, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan sekitar. Para penganut teori ini berpendapat bahwa kemampuan berbicara dan memahami bahasa anak diperoleh melalui interaksi dengan rangsangan dari lingkungan. Proses perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh banyaknya latihan yang diberikan oleh lingkungan tersebut. Kemampuan komunikasi anak terjadi berdasarkan prinsip hubungan stimulusrespons (S-R) dan proses peniruan. Ahli behavioristik berkeyakinan bahwa anak dilahirkan tanpa kemampuan apapun dan harus belajar melalui pengondisian dari lingkungan serta diberikan penguatan (reinforcement). Beberapa ahli menjelaskan faktor-faktor penting dalam mempelajari bahasa, seperti imitasi, penghargaan (reward), penguatan (reinforcement), dan frekuensi perilaku. Skinner (1957) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa dapat dilihat dari sudut pandang stimulusrespons, yang memandang berpikir sebagai proses internal. Bahasa anak mulai berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Lingkungan keluarga, sebagai tempat pertama anak berinteraksi, berperan penting dalam perkembangan bahasa anak, terutama orang tua sebagai stimulus utama. Di lingkungan keluarga, anak pertama kali mengasah keterampilan berbahasa dan memperluas kosa katanya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat vital dalam perkembangan bahasa anak. Orang tua juga memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak untuk menghadapi tantangan di dunia luar, serta memberikan materi pendidikan karakter untuk membantu anak berinteraksi dengan baik di masyarakat. Keluarga harus mendukung perkembangan karakter dan perilaku anak dalam konteks kehidupan sehari-hari (Astuti, 2022).Â
d) Tujuan dan fungsi pembelajaran IndonesiaÂ
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Akhadiah dkk. (1991: 1). Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. BSNP (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah bertujuan untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, mengenal budayanya dan budaya lain, mengekspresikan ide dan perasaannya, berinteraksi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, serta mengembangkan kemampuan analitis dan imajinatif yang dimilikinya.Â
3. METODE PENELITIANÂ
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara kualitatif deskriprtif, yang dimana bertujuan untuk memahami secara mendalam bagaimana kegiatan pengabdian masyarakat mengenai sosialisasi terhadap anak-anak dilaksanakan dan dampak positif terhadap siswa yang mendapat edukasi tentang keterampilan penggunaan bahasa Indonesia yang baik. Penelitian ini tidak hanya sebagai bahan yang bertujuan untuk mengevaluasi, tetapi juga untuk memberikan wawasan bahwa perlu adanya peningkatan program pengabdian masyarakat yang berkelanjutan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan obervasi langsung ke lokasi kegiatan dengan mengamati lingkungan dan melakukan wawancara kepada ibu pengurus mengenai latar belakang dari peserta didik yang mendapatkan Pendidikan kurang layak serta kegiatan pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di Rumah Penyuluhan Kreatif.
4. HASIL DAN PEMBAHASANÂ
a). Pentingnya Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Penggunaan bahasa Indonesia yangbaik dan benar di lingkungan sekolah masih tergolong rendah. Tanpa disadari, baik siswa maupun guru lebih sering berkomunikasi menggunakan bahasa daerah. Padahal, penggunaan bahasa Indonesia di sekolah sangat penting karena dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, melestarikan budaya, mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendorong kemampuan berkomunikasi dengan baik dan santun. Pada usia dini pun masih saja tergolong rendah dalam penggunaan berbahasa yang baik, Sebagian besar anak usia dini belum sepenuhnya paham dan tau seperti apa Bahasa yang baik dan benar. Dari segala faktorlah yang menyebabkan hal itu terjadi, salah satu faktornya karena perkembangan bahasa yang semakin meningkat sehingga menimbulkan perbedaan yang sangat signifikan terhadap gaya bahasa sebelumnya. Seharusnya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu dilestarikan dan dibudayakan kepada anak anak sejak kecil dengan membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia dengan tetap memperhatikan tata bahasa dan ejaan sesuai yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan bahasa Indonesia, tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, etika dalam penggunaan bahasa Indonesia berhubungan erat dengan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat. Untuk menggambarkan keanekaragaman bahasa yang mencerminkan keanekaragaman masyarakat dapat ditinjau dari segi bahasa yang berupa sistem tutur sapa yang dimiliki oleh semua bahasa.(Kecamatan et al., 2022).
b). Manfaat Sosialisasi Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik Hasil observasi setelah kami melakukan kegiatan sosialisasi yang kami harapkan yaitu anak-anak dapat menjadi jauh lebih memiliki kesadaran pribadi mengenai dampak jangka panjang yang akan mereka rasakan di kemudian hari. Selain itu, Manfaat dari kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat teruju pada kalangan anak-anak, terutama untuk anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah. Salah satu manfaat utamanya adalah peningkatan kemampuan komunikasi mereka, baik dalam interaksi sosial maupun pendidikan. Dengan menguasai bahasa yang tepat, anak-anak dapat berkomunikasi dengan lebih lancar, memahami materi pelajaran di sekolah dengan lebih baik, dan menyampaikan ideide mereka secara jelas. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan mereka, tetapi juga membuka peluang lebih besar untuk sukses di dunia kerja nanti. Oleh karena itu, sosialisasi ini sangat penting untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak untuk mencapai keberhasilan. Di samping itu, sosialisasi ini membantu membentuk kebiasaan berbicara yang sopan bagi anak-anak. Anak-anak yang terbiasa menggunakan bahasa yang baik akan lebih menghargai orang lain dan menjalin hubungan sosial yang positif. Dalam lingkungan yang dipenuhi dengan penggunaan bahasa kasar, mereka cenderung meniru pola tersebut, yang dapat menghambat perkembangan diri mereka. Dengan adanya edukasi yang tepat, mereka akan lebih memahami dampak dari kata- kata yang digunakan dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi pandangan orang lain terhadap diri mereka. Keterampilan berbicara yang baik dan akan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan masyarakat lebih luas. Selain itu, kegiatan ini juga berperan dalam perkembangan sosial dan emosional anak-anak. Mereka yang belajar berbicara dengan baik akan lebih percaya diri dalam berbagai situasi, baik itu berbicara di depan umum maupun dalam percakapan sehari-hari. Peningkatan rasa percaya diri ini akan memperluas peluang sosial dan akademik mereka, serta mengurangi rasa canggung saat berkomunikasi. Dengan demikian, sosialisasi mengenai pentingnya bahasa yang baik dan benar tidak hanya berfokus pada kemampuan berbahasa, tetapi juga mendukung perkembangan karakter anakanak yang lebih matang dan siapÂ
c) Hambatan Pengembangan Keterampilan Bahasa pada Anak dari Latar Belakang Ekonomi Rendah Lingkungan sangat berdampak terhadap bahasa anak dalam berbicara. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pemerolehan bahasa anak. Karena dengan lingkungan runinitas anak dapat berjalan dengan baik tanpa kesulitan dalam berinteraksi di lingkungan sosial dan proses pemerolehan bahasa juga di mulai dari lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Rangsangan yang diperoleh anak melalui lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Rangsangan yang diterima secara perlahan akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Rangsangan orang tua terdekatnya akan diproses oleh anak sehingga menjadikan anak seperti itu matang dalam pola pikir, pola, dan pola tutur. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan elemen fundamental dalam komunikasi yang efektif, berperan penting dalam interaksi sosial, pendidikan, dan dunia kerja. Namun, anak-anak yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah sering kali menghadapi tantangan serius dalam menguasai aspek ini. Salah satu faktor utama yang memengaruhi kesadaran mereka adalah peran orang tua yang kurang aktif dalam proses pendidikan anak-anak. Banyak orang tua di kalangan ekonomi rendah terjebak dalam rutinitas mencari nafkah,sehingga tidak memiliki cukup waktu dan perhatian untuk mendidik anak-anak mereka, khususnya dalam penggunaan bahasa yang baik. Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan akses pendidikan yang berkualitas. Sekolah-sekolah di daerah mereka sering kali kekurangan sumber daya, dan pengajaran bahasa Indonesia tidak selalu menjadi prioritas. Anakanak yang tidak mendapatkan pengajaran bahasa yang memadai akan kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa dengan benar. Selain itu, lingkungan sosial yang dipenuhi oleh penggunaan bahasa yang tidak senonoh dan tidak membentuk kebiasaan berbahasa anak- anak. Mereka cenderung meniru pola bahasa yang ada di sekitar mereka, tanpa menyadari dampak negatifnya terhadap interaksi sosial dan perkembangan diri. Tanpa bimbingan yang memadai, anak- anak akan kesulitan untuk memahami pentingnya berbicara dengan sopan dan baik. Akibatnya, kebiasaan berbahasa yang buruk dapat berlanjut hingga dewasa, mempengaruhi peluang pendidikan dan pekerjaan mereka di masa depan. Dengan memahami isu ini secara menyeluruh, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan berbahasa anak-anak dari keluarga dengan ekonomi rendah. Upaya ini tidak hanya akan berdampak positif pada perkembangan individual anak, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih beradab dan harmonis di masa depan. Melalui kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak- anak untuk tumbuh dan berkembang dengan kemampuan bahasa yang baik dan benar.Â
d) Dampak Jangka Panjang Pengembangan Keterampilan Bahasa Menurut teori behavioristik, proses pemerolehan bahasa pertama pada anak dikendalikan oleh faktor eksternal, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan sekitar. Teori belajar behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia dengan fokus pada peran belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Perspektif ini menjelaskan bahwa perilaku manusia terbentuk melalui rangsangan (stimulus) yang menghasilkan reaksi (respons) berdasarkan hukum-hukum mekanistik Para penganut teori ini berpendapat bahwa kemampuan berbicara dan memahami bahasa anak diperoleh melalui interaksi dengan rangsangan dari lingkungan. Proses perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh banyaknya latihan yang diberikan oleh lingkungan tersebut. Kemampuan komunikasi anak terjadi berdasarkan prinsip hubungan stimulusrespons (S-R) dan proses peniruan. Ahli behavioristik berkeyakinan bahwa anak dilahirkan tanpa kemampuan apapun dan harus belajar melalui pengondisian dari lingkungan serta diberikan penguatan (reinforcement). Beberapa ahli menjelaskan faktor-faktor penting dalam mempelajari bahasa, seperti imitasi, penghargaan (reward), penguatan (reinforcement), dan frekuensi perilaku. Skinner memakai teori stimulus- respon dalam menerangkan perkembangan bahasa, yaitu bahwa bila anak mulai belajar berbicara yang merupakan bukti berkembangnya bahasa anak, maka orang yang berada disekelilingnya memberikan repons yang positif sebagai penguat (reinforcement). Dengan adanya respon positif tersebut maka anak cenderung mengulang kata tersebut atau tertarik mencoba kata lain (Sundari, 2018). Di lingkungan keluarga, anak pertama kali mengasah keterampilan berbahasa dan memperluas kosa katanya. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam membantu anakanak mereka menyelesaikan tugas perkembangan, termasuk dalam pengembangan keterampilan bahasa. Setiap tindakan dan kata-kata yang diucapkan orang tua dalam lingkungan keluarga dan sosial akan memengaruhi perkembangan bahasa anak (Pradita, E. L., et al., 2024). Dampak jangka panjang pengembangan keterampilan bahasa dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan seseorang, baik dalam konteks pribadi, sosial, pendidikan, maupun profesional. Beberapa dampak positif yang dapat dirasakan dalam jangka panjang :Â
a) Meningkatnya Keterampilan Komunikasi Anak-anak diharapkan dapat mengasah kemampuannya dalam memahami serta menggunakan BahasaÂ
Indonesia dengan baik di kehidupan sehari- harinya dengan lebih efeektif, termasuk dalam cara mereka berkomunikasi terhadap orang lain. Selain itu, dengan meningkatnya keterampilan komunikasi anak diharapkan akan memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan sesam di kemudian hari yang dapat Ia jadikan sebagai kemampuan di berbagai konteks, seperti hubungan pribadi, dunia kerja, dan interaksi sosial.Â
b) Merangsang Perkembangan Kognitif Penguasaan bahasa yang baik dapat mendorong perkembangan kemampuan kognitif, seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan meningkatkan daya ingat. Mempelajari bahasa baru, contohnya, dapat mengasah fleksibilitas mental seseorang serta memperkuat daya ingat dan kemampuan berpikir analitis.
c) Meningkatkan Rasa Percaya Diri Kemampuan berbahasa yang baik, terutama dalam komunikasi internasional atau profesional, sering kali dapat meningkatkan rasa percaya diri. Ini dapat mendukung individu dalam berinteraksi sosial dan melakukan presentasi publik, serta memberi peluang untuk berbicara di depan umum atau dalam pertemuan profesional.Â
d) Memiliki Peluang dan Akses Lebih dalam Pendidikan dan Pengetahuan Kemampuan bahasa yang baik memungkinkan individu untuk mengakses berbagai informasi dan sumber daya pendidikan, seperti literatur akademis, artikel, dan penelitian dalam bahasa asing. Hal ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mereka di berbagai bidang.Â
e) Memiliki Pemahaman Budaya yang Lebih Luas Kemampuan bahasa sering kali berkaitan dengan pemahaman budaya lain. Dengan menguasai pemahaman dalam mempelajari sebuah bahasa, seseorang bisa lebih memahami cara hidup, pandangan, dan nilai-nilai yang ada di masyarakat lain. Hal ini sangat penting dalam dunia yang semakin terhubung dan multicultural. Selain itu, dengan adanya pemahaman mengenai tutur kata yang sopan, Anakanak diharapkan dapat mempelajari banyak budaya baru dengan artikulasi komunikasi antar sesama.Â
5. KESIMPULAN DAN SARANÂ
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat penting dalamkomunikasi efektif, namun hal ini menjadi cukup sulit untuk dilakukan oleh anak-anak dari latar belakang ekonomi rendah yang sering kali menghadapi kesulitan dalam menguasainya. Kurangnya peran orang tua dalam pendidikan dan kurangnya akses ke pembelajaran yang memadai menjadi tantangan utama. Tanpa bimbingan yang cukup, anak-anak bisa mengembangkan kebiasaan berbahasa yang buruk serta dapat menjadikan anak-anak tersebut terbiasa dalam bertutur kata yang tidak sopan di kemudian hari, yang akan berdampak negatif pada perkembangan sosial dan akademis mereka. Oleh karena itu, kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan komunitas sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya berbahasa yang baik, dan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal.Â
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, E. (2022). Dampak Pemerolehan Bahasa Anak Dalam Berbicara Terhadap Peran Lingkungan. Educatif Journal of Education Research, 4(1), 87–96.https://doi.org/10.36654/educatif.v4i1.202Â
Kecamatan, D. K., Kabupaten, A., & Supriadin, B. (2022). Etika Berbahasa Indonesia pada Masyarakat Kalangan Ekonomi Menengah. 7(2), 513– 519.http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/indexÂ
Sundari, W. (2018). e-ISSN: 2550-0058 p-ISSN: 2615-1642. Jurnal Warna, 2(2 Desember), 15–28.Â
Pradita, E. L., Kumala Dewi, A., Nasywa Tsuraya, N., & Fauziah, M. (2024). Peran Orang Tua dalam Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5(1), 1238–1248.https://doi.org/10.54373/imeij.v5i1.883Â
Fatimah, C. (2024). Mengajarkan Berbahasa yang Baik kepada Anak Sekolah Dasar. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/cindyfatimah7767/6681aaceed64155acf4164c2/mengajarkanÂ
Prastyani, T. (2024). Dampak Lingkungan Sosial terhadap Perkembangan Sosial dan Emosional Anak. Kompasiana. https://www.kompasiana.com/tiffap0898/6736013eed641516a03bc582/dampaklingkungan
Inten, D. N. (2017). Pengembangan Keterampilan Berkomunikasi Anak Usia Dini melalui Metode Bermain Peran. Jurnal Komunikasi, 10(1), 12. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29313/mediator.v10i1.2712
Andika, A. N. (2023). Anak kurang merasa percaya diri dan Takut? Yuk! Kita cari solusinya. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI. https://piaud.fitk.uinmalang.ac.id/anak-kurang-merasa-percaya-diri-dan-takut-yuk-kita-cari-solusinya/#Â
Jelita, M., Ramadhan, L., Pratama, A. R., Yusri, F., & Yarni, L. (2023). Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(3), 8. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/jpdk.v5i3.16174 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI