Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Laki Bersarung Ramadan, Berpedang Al Quran

14 Mei 2020   01:08 Diperbarui: 14 Mei 2020   01:37 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya benar, ada buku berjudul "Koreksi Kesalahan Terjemah Harfiyah Al-Qur'an Kemenag RI" yang ditulis oleh Amir Majelis Mujahidin, Ustadz Muhammad Thalib, memuat sebagian kecil dari 3.229 jumlah kesalahan terjemah yang terdapat dalam Tarjamah Harfiyah Al-Quran versi Depag. Sementara kesalahan pada edisi revisi tahun 2010 bertambah menjadi 3.400 ayat.

Hal ini membuktikan padaku, selalu ada kebenaran yang belum kuketahui. Dengan perkataan lain, kebenaran itu bukan sebatas yang kuketahui saja. 

Dengan demikian. Jika terjemahan itu dimaknai apa adanya secara denotatif (makna kamus). Bagaimana mungkin di zaman sekarang bisa merubah tongkat Musa menjadi ular, kecuali sulap atau tipuan mata. Aku tak ingin budaya sulap (magic) ini mencemari budaya Al-Qur'an, sehingga menjadi mitologi Al-Qur'an. Aku tak ingin Musa dianggap orang sebagai pesulap (magician). Aku tak ingin keteladanan musa seolah dianggap hanya dongeng yang tidak relevan dengan zaman sekarang.

Aku yakin Al-Qur'an diturunkan bukan untuk pertunjukan sulap, begitu juga Taurat oleh nabi Musa diturunkan bukan untuk mengubah tongkat jadi ular layaknya pertunjukan sulap "simsalabim abracadabra". Aku juga tak ingin mitos, jadi preseden buruk sehingga orang-orang berkhayal masalah Covid-19, ekonomi, sosial budaya ini bisa diselesaikan dengan cara simsalabim. Tapi aku berkhayal suatu saat kesadaran kaum sarungan dapat mengubah keterpurukan umat Islam menjadi kejayaan Islam.

Apalagi, kitab (termasuk Al-Quran) bukan hanya diperuntukkan buat nabi saja, tapi untuk seluruh manusia sebagai pegangan hidup. Pegangan hidup itu bagaikan tongkat yang dapat mentransformasi keadaan masyarakat. Dari bagaikan ular yang merayap dengan cepat (chaos). Sampai "tongkat wahyu" itu dapat difungsikan untuk mengembalikan (chaos) seperti keadaan semula. 

Sepertihalnya Al-Qur'an itu disebut-sebut sebagai mukzijat Muhammad, apa Taurat juga bukan  Mukzijat Musa? Jika ayat tersebut dimaknai dengan makna konotatif, maka jelas "tongkat" dalam arti petunjuk hidup yang ada korelasinya sebagai sandaran hidup. 

Screenshot: YouTube Sharianews com
Screenshot: YouTube Sharianews com
Artinya seorang nabi Musa yang dikenal pemberani, ternyata punya rasa takut juga seperti nabi Muhammad yang pernah takut. Tapi rasa takut yang bagaikan ular merayap dengan cepat itu bisa dikendalikannya dengan "tongkat" dalam arti pegangan hidup (Kitab Taurat). Tongkat itu pula yang selanjutnya berfungsi membelah lautan kesadaran masyarakat. Inilah hakekat fungsi Taurat dan Al-Qur'an sebagai pembelah lautan kesadaran atau Al-Furqan. Allah tidak membeda-bedakan salah seorang diantara para RasulNya (QS 2:285)

Uraian itu membuatku takut. Takut jika aku termasuk bagian dari yang salah tafsir dan salah paham. Beruntung, ketakutan itu  dijawab oleh Allah pada ayat selanjutnya.

"Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula". (QS 20:21).

Ayat itu Maha Tahu apa yang tengah kurasakan. Kemudian seolah-olah Allah berbicara padaku. Lalu di atas kain sarung batik, kubersimpuh lalu bersujud. Aku memohon ampunan pada Yang Maha Kuasa. Pasalnya, suamiku yang dulunya kuprotes sebagai seorang petinju (read;pendebat), kini kusadari telah menggantungkan "sarung tinjunya". Dulu  bertinju, kini  banyak diam membisu.

Biasanya siapa saja yang menasehatinya, ditinjunya dengan segudang argumen. Setiap hari ia mengasah pena agar bisa setajam pedang. Kadang tanpa babibu, dengan pedang wawasannya itu ia tega menusuk lawan debatnya hingga ke jantung pertahanan lawan. Walaupun lawannya sudah terlihat berdarah-darah, ia tetap saja menghujani lawan bicaranya dengan berbagai dalil-dalil petir tanpa ampun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun