Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Laki Bersarung Ramadan, Berpedang Al Quran

14 Mei 2020   01:08 Diperbarui: 14 Mei 2020   01:37 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mas, bagaimana cara membedakan diantara kosa kata dalam Al-Qur'an itu bermakna denotasi (harfiah) dan bermakna Konotasi (metafora, simbolis, paraphrased,  alegoris)"?, tanyaku penasaran.

Menurutnya, ayat-ayat dalam Al-Qur'an itu pasti maknanya berkesesuaian antara satu ayat dengan lainnya, dalam ilmu bahasa disebut paragraph yang koheren dan kohesif. 

"Jika tidak sesuai, pasti ada kesalahan dalam proses pemaknaan Al-Qur'an yang dilakukan manusia. Misalnya makna denotatif dimaknai konotatif. Sebaliknya makna konotatif dimaknai denotatif. Ini menyesatkan. Misalnya Pemulung yang ditangkap polisi itu dikenal panjang tangan. Kan gak mungkin dimaknai secara denotatif menjadi tangannya panjang. Karena konteksnya ditangkap polisi konotasinya buruk. Begitu juga besar kepala tidak selalu bermakna kepalanya besar. Jadi, makna kosa kata tidak tergantung teks tapi tergantung konteks", ulasnya.

"Ok, ok setuju, trus..mas," lanjutku bersemangat.

"Begitu juga makna kosa kata Al-Qur'an yang berada di lauhul mahfudz, tidak pernah keliru, kalau kita mengerti konteksnya (qarinahnya). Penerjemahan dan penafsiran yang dilakukan manusia bisa keliru dan bisa benar karena memungkinkan terjadinya multi tafsir subyektifitas manusia" paparnya

Al-Quran dan manusia harus bagaikan pedang dan sarungnya. Jika Pedangnya lebih besar dari sarungnya. Maka tidak sesuai dan tidak bisa masuk. Begitu juga sebaliknya. Jika sarungnya terlalu besar dari pada pedangnya, maka pedangnya sulit diambil". Tuturnya.

"Menurut bunda, apakah ayat-ayat Al-Qur'an relevan dengan zaman sekarang?", tanyanya balik sambil berdiri dan membenahi sarungnya. Sepertinya mulai kambuh hasrat berdiskusinya. Karena biasanya ia jarang bertanya balik. Tapi langsung to the point dan lugas.

Aiih, aku terdiam sejenak, pertanyaannya malah merangsangku untuk berpikir. Satu sisi Allah mengatakan bahwa Al-Qur'an ini diturunkan pada Bulan Ramadan sebagai petunjuk bagi manusia. Pertanyaannya, apakah Al-Qur'an sebagai petunjuk itu hanya berlaku bagi manusia dulu saja atau sampai sekarang masih berlaku ketentuan demikian?. 

"Kalau saat ini Al-Qur'an masih berlaku sebagai petunjuk bagi manusia, mengapa bunda sebagai manusia kadang bingung memahami terjemahan sebuah ayat?", tanyaku jujur.

"Bukankah Allah tidak pernah menurunkan terjemahan Al-Qur'an, bun?", sambung suamiku seraya melahap potongan roti terakhirnya. Seolah ia memaklumi ketidakpahamanku akan terjemahan yang dimaksud.

"Wajar saja bunda bingung, bukankah sudah terbit buku tentang kesalahan terjemahan?," sambungnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun